A.
Akhlak Mahmudah
1.
Hidup Bersih
Hidup
bersih adalah menjalani kehidupan dengan selalu menjaga kebersihan. Anjuran
untuk hidup bersih merupakan perintah agama dan perintah social. Hidup bersih
mengandung dua pengertian, yakni bersih dalam pengertian fisik (jasmani) dan
bersih dalam pengertian rohani.
Dalam
pengertian fisik, bersih mencakup bersih badan, bersih pakaian, bersih tempat
tidur, bersih ruang kelas, bersih tempat tinggal dan lingkungan, bersih
tempat ibadah.
Termasuk
kepada bersih lingkungan dalam wilayah yang lebih luas adalah menjaga dan
memelihara ciptaan Allah yang ada di sekitar kita, seperti tumbuhtumbuhan,
hutan, laut, binatang-binatang dan sebagainya.
a.
Menjaga Kelestarian Hutan
Sebagai
manusia yang menjalani kehidupan di bumi, sudah selayaknya kita menjaga
kelestarian hutan, karena hutan merupakan faktror yang sangat penting untuk
menopang kehidupan di bumi. Hutan memberikan perlindungan kepada kestabilan
tanah, iklim lokal, dan menyerap pemanasan global. Hutan juga menjadi habitat
berbagi jenis flora dan fauna. Dari sudut pandang ekonomi, hutan tidak hanya
menghasilkan kayu industri dan kayu bakar, akan tetapi juga obat-obatan dan
tanaman bermanfaat lainnya. Bila pengelola tidak baik, maka banyak kawasan
hutan yang rusak.
b.
Menjaga Kebersihan Laut
Samudra
menyimpan 90% air di dunia. Samudera sangat berpengaruh kepada sistem cuaca
harian dan iklim jangka panjang bumi. Hampir 75% panas dari matahari yang
mencapai bumi tersimpan oleh samudera. Laut merupakan sumber kehidupan
manusia. Di laut orang bisa mengambil ikan, berlayar, mengambil energi, dan
masih banyak lagi kepentingan lain. Oleh karena itu kita wajib menjaga dan
melindungi laut dari yang merusak ekosistemnya.
2.
Kasih Sayang
Selain
bersih fisik ada pula bersih rohani, yakni bersih dalam bersikap seperti
menyayangi orang lain, berperilaku bagus dan rukun dengan tetangga,
menasehati teman yang melakukan kejahatan, menghormati kedua orang tua dan
mengikuti perintahnya, dan masih banyak lagi.
Manusia
adalah sebagai makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Siapa pun yang hidup di tengah masyarakat, tidak akan bisa lepas
dari sikap tolong menolong.
Sebagai
seorang guru, kita bisa mengungkapkan manfaat tolong menolong, seperti disayang
Allah, disayang orang tua maupun teman, hidup tenang dan bahagia, bisa
membantu orang lain untuk lepas dari suatu kesulitan dan masih banyak
manfaat langsung yang bisa dirasakan para siswa dalam kehidupan nyata.
Untuk mengetahui siswa aktif, guru bisa pula mengajukan pertanyaan seperti: a.
Sebutkan siapa saja orang yang sudah pernah kamu tolong. b. Mengapa kamu
harus menolongnya. c. Dalam hal apa kamu menolongnya. d. Kamu merasakan apa
ketika bisa menolong orang lain. e. Tulislah cerita tentang kejadian saat
kamu menolong oran lain, kemudian bacalah di depan kelas.
3.
Disiplin
Disiplin
dapat diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual. Dalam agama Islam, disiplin merupakan ajaran yang
sangat penting. Pentingnya menghargai waktu misalnya, dapat dibaca dalam al-Qur‘an
surat alAshr, ayat 1-3 yang menyebutkan: “Demi waktu, sungguh manusia
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran”.
Ada
beberapa hal yang berkaitan dengan hal kedisiplinan, yakni disiplin
belajar atau di sekolah, disiplin bermain, disiplin nonton televisi,
disiplin di tempat- tempat umum dan kenderaan umum.
a.
Disiplin Belajar atau Disiplin di Sekolah
Disiplin
belajar atau disiplin di sekolah merupakan hal yang rutin dilakukan dan bisa
diawasi setiap saat. Hanya saja disiplin belajar di luar sekolah, seperti di
rumah, selalu mendapatkan kendala atau kesulitan. Secara teoritis, orang tua
dan lingkungan harus berperan. Akan tetapi, banyak sekali orang tua siswa
yang merasa kesulitan untuk membimbing anak disiplin belajar di rumah. Ada
satu strategi yang bisa dilakukan guru untuk menambah tingkat disiplin anak
di rumah, yakni dengan menekankan kepada anak untuk
membacakan/mempresentasikan kembali isi pelajaran yang didapatkan di sekolah
di depan orang tuanya atau kolega lain. Menekankan artinya ada evaluasi,
indikator dan sanksi yang jelas dan tegas dari guru bila hal ini
tidak dilakukan.
b.
Disiplin (dalam mengatur waktu) Bermain dan Nonton
Televisi
Dewasa
ini, kesempatan untuk bermain anak sudah sangat terbatas oleh jam kesibukan
belajar, yang menurut sebagian ahli pendidikan, sudah melanggar hak anak-
anak. Ini juga harus dimaklumi oleh orang tua dan pengelola pendidikan
sendiri. Berbeda dengan menonton televisi, tampaknya, tidak ada jadwal yang
jelas kapan seorang anak menonton televisi, kemudian dalam acara apa
misalnya. Ada beberapa orang tua yang sudah melakukan penjadwalan secara
ketat namun belum bisa konsisten. Sudah banyak guru yang menyampaikan
himbauan ini di dalam kelas, tetapi belum secara maksimal dilakukan anak.
Beberapa
waktu lalu, ada satu acara yang cukup menarik seperti Smack Down, belakangan
ini sudah tidak banyak dilihat siswa tertentu, karena ada beberapa sekolah
yang secara tegas mengatakan bahwa permainan itu haram, dan menontonnya pun
berarti berdosa. Memang, pendekatan-pendekatan normatif dalam hal tertentu
penting dilakukan untuk menjadikan anak lebih berhati-hati.
c.
Displin di Tempat Umum
Disiplin
pada tempat-tempat umum artinya mengikuti aturanaturan atau petunjuk yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Kalau berjalan kaki, misalnya, harus disebelah
kiri jalan; jika naik kenderaan harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas,
membuang sampah harus pada tempat yang sudah disediakan, tidak saling ngebut
di jalan raya. Dari seluruh ajaran yang terkait dengan aqidah dan akhlak,
pedekatan dengan pembiasaan merupakan strategi yang dianggap lebih tepat.
Para siswa tidak harus banyak dituntut untuk menghafalkan, akan tetapi
membiasakan diri untuk melakukan. Intinya, perbuatan-perbuatan baik yang
dilakukan itu merupakan hasil pembiasaan, yang pada gilirannya menjadi budaya
masyarakat (peserta didik).
4.
Adab Kepada Orang Tua dan Guru
Adab
kepada orang tua bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
a.
Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan kedua
orang tua
b.
Mematuhi perkataan atau perintah kedua orang tua,
selama perintah itu tidak melanggar aturan-aturan agama mapun norma
masayarakat secara umum.
c.
Mengkomunisikan kepada kedua orang tua apa yang
merupakan rencana anak.
d.
Bersikap lemah lembut dihadapan keduanya.
e.
Meninggalkan atau menjauhi apa yang dilarang oleh
kedua orang tua
f.
Membantu orang tua di rumah, khususnya, pekerjaan
yang rutin dilaksanakan.
g.
Tidak menceritakan kekurangan dan kelemahan orang.
Tatakrama
terhadap kedua orang tua memiliki pengertian:
a.
Seorang anak harus dilatih untuk berbakti kepada
kedua orang tua.
b.
Berbicara dengan orang tua dengan sopan dan tidak
mengeraskan suara. Allah berfirman dalam surat al-Isra‘ ayat 24: “Dan
rendahkan lah dirimu terhadaop mereka (dua orang tua) dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka
telah mendidik aku diwaktu kecil‟.
c.
Anak dibiasakan agar tidak memandang dengan tajam
terhadap kedua orang tuanya, serta duduk dengan sopan di hadapan mereka.
d.
Anak dibiasakan agar tidak keluar rumah tanpa
seizin orang tuanya, serta tidak boleh pulang terlambat kecuali mendapatkan
izinnya
e.
Sejak kecil anak dibiasakan untuk mendo‘akn kedua
orang tuanya. Metode terbaik dalam hal ini apabila anak selalu mendengar
orang tuanya berdo‘a untuk kakek neneknya. Dengan cara ini, Insya Allah, akan
tertanam pada diri anak untuk selalu mendo‘akan kedua orang tuanya.
Aspek
keteladanan dari orang tua merupakan hal paling utama dalam pembinaan
anak-anak. Keteladanan merupakan metode terbaik dalam pendidikan moral.
Adab
kepada guru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adab kepada dua orang tua.
Hanya saja guru dan anak bertemu di sekolah dengan waktu tertentu, sementara
orang tua biasanya di rumah.
5.
Akhlak dalam Kehidupan Sosial,
Bernegara dan Berbangsa
a.
Toleransi
Toleransi
berasal dari Bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap
bertahan hidup tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak
disukai atau disenangi. Dalam kamus Bahasa Indonesia toleransi berarti
kelapangan dada dalam arti suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat
atau berpendirian lain.
Toleransi menurut al-Quran dan
Sunnah
Konsep
toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh, yang berasal
dari akar kata tasâmaha – yatasâmahu – tasâmuhan, yang arti asalnya
adalah saling membiarkan, atau saling mempersilahkan.
Berdasarkan
Al-quran surat Al-mumtahanah ayat 8 dan 9 Islam menganjurkan untuk berlaku
adil tidak hanya kepada sesama muslim namun juga kepada non muslim selama
mereka tidak memerangi dan melakukan pengusiran terhadap umat Islam.
Sebagaimana
yang dicontohkan, Rasulullah pernah membangun kerjasama di antara semua
elemen masyarakat Madinah baik muslim maupun non-muslim yang dituangkan dalam
suatu perjanjian yang dikenal dengan Piagam Madinah (Mitsaqu Madinah/
Madinah Charter). Poin yang dituangkan dalam Piagam Madinah antara lain
berisi bahwa umat Islam dan orang-orang Yahudi harus mempertahankan
Yatsrib atau Madinah apabila diserang oleh musuh, serta mengukuhkan kebebasan
keluar dari kota Yatsrib bagi yang menghendaki dan mempersilahkan berdiam
diri bagi yang ingin mempertahankan kehormatannya,
Ketika
nilai-nilai dan praktek toleransi ini dapat kita lestarikan dalam relasi
sosial, kita maka kita akan mendapatkan hal-hal positif seperti:
1)
Terwujudnya persaudaraan persatuan dan kesatuan
2)
Terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis
3)
Terciptanya rasa aman, tentram, tenang dan damai
4)
Sesama anggota masyarakat akan saling menghormati
satu sama lain
5)
Menghilangkan sifat dengki, fitnah, kebencian,
dendam dan permusuhan
Di
Indonesia dikenal tiga bentuk kerukunan, yaitu (1) kerukunan antar umat
seagama, (2) kerukunan antar umat beragama, (3) kerukunan antar umat beragama
dengan pemerintah.
b.
Sikap Moderat (Tawassuth)
Tawassuth
(moderat atau pertengahan) dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara,
memiliki urgensi yang sangat penting. Dengan sikap ini seseorang, kelompok,
atau organisasi apapun akan menampilkan perilaku menghindari konfrontasi atau
kekerasan manakala menyikapi segala sesuatu yang berbeda dengannya.
Sikap
tawassuth ini didasarkan pada sebuah keterangan:
خير األمور اوسطها
Artinya:
“Sebaik-baiknya segala urusan ialah yang pertengahannya”
Implementasi
sikap tawassuth dalam kehidupan, yakni :
1) Seseorang
atau sekelompok orang tidak akan mudah menuduh orang lain yang berbeda
pendapat, pemahaman, dan termasuk aliran (kelompok) keagamaan dengan tuduhan
negatif
2) Terwujudnya
kehidupan yang aman, damai dan harmonis dalam bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara.
3) Keberlangsungan
pembangunan akan tetap berjalan lancar.
4) Cita-cita
dan tujuan negara seperti yang tercantum dalam konstitusi negara akan
terwujud.
c.
Sikap Seimbang (Tawâzun)
Tawâzun
secara literal berasal dari kata al-wazn artinya timbangan. Isyarat
konsep dan implementasi tawazun banyak terdapat dalam al-Quran. Salah satunya
dalam Q.S. al- Rahman [55]: 9:
Artinya:
“dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu”
Seseorang
yang memiliki sikap Tawâzun tidak akan tergesa-gesa dan mengambil
keputusan tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu secara cermat akibat baik
buruknya. Dalam kehidupan beragama, sikap Tawâzun akan menjadikan
seseorang mampu menjalani kehidupan secara seimbang. Ia tidak akan terlalu
sibuk mengejar dunia dengan mengabaikan akhirat atau sebaliknya.
Implementasi
sikap Tawâzun akan membawa dampak positif dalam kehidupan pada berbagai
aspeknya, diantaranya:
1)
Menjadikan hati dan pikiran senantiasa tenang.
2)
Menjadikan seseorang atau sekelompok masyarakat
bisa diterima oleh berbagai kalangan.
3)
Menjadikan seseorang atau kelompok terhindar dari
konflik.
d.
Persamaan/Sikap Egalitarian
(Musawah)
Secara
etimologi musawah diartikan sebagai sama tidak kurang dan tidak lebih.
Sedangkan secara istilah musawah berarti persamaan seluruh manusia dalam hak
dan kewajiban tanpa ada pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada
kebangsaan kelas aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal
lainnya.
Prinsip
prinsip musawah di dalam Islam tidak hanya terbatas dalam hubungan sosial
atau di dalam urusan hukum semata akan tetapi di dalam beribadah juga
terkandung nilai-nilai musawah. Sebagai contoh antara lain di dalam salat; tidak
ada perbedaan antara orang yang kaya dan miskin. Shaf-nya harus lurus tanpa
membedakan kaya miskin, kuat lemah.
e.
Persaudaraan (Ukhuwwah)
Ukhuwwah
secara bahasa artinya adalah persaudaraan. Ia berakar kata akhun
yang artinya saudara. Ukhuwwah adalah persaudaraan, kerukunan, persatuan dan
solidaritas yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam Islam,
sesama muslim saling terikat karena kesamaan agama, kesamaan keyakinan maka
terwujudlah yang disebut dengan Ukhuwwah Islamiyah yaitu persaudaraan yang
didasarkan pada kesamaan agama yaitu Islam.
Rasulullah
mengumpamakan persatuan dan persaudaraan umat Islam itu ibarat tubuh.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Perumpamaan orang- orang
beriman di dalam kecintaan kasih sayang dan kelembutan adalah seperti satu
tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh mengeluh karena sakit maka seluruh
anggota tubuh lainnya merasakan sakit dengan tidak dapat tidur serta demam”
(Hadits Riwayat Muslim).
Ukhuwah
atau persaudaraan di dalam kehidupan manusia secara umum didasari pada dua
hal:
1)
Adanya persamaan baik dalam masalah keyakinan,
wawasan, pengalaman kepentingan, tempat tinggal, dan atau cita-cita
2)
Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapat
dicapai dengan melakukan kerja sama dengan orang lain.
Macam-macam
Ukhuwah
Dalam
konteks agama Islam dan kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan di
dalam berbangsa dan bernegara setidaknya setidaknya ada tiga bentuk ukhuwah
yang punya peran besar dalam kehidupan masyarakat.
1)
Ukhuwah Islamiyah yang didasarkan pada kesamaan
agama Islam.
2)
Ukhuwah Wathoniyah, yang berarti persaudaraan
kebangsaan. Maka seluruh warga negara Indonesia adalah bersaudara.
3)
Ukhuwah Insaniyah, yang diartikan sebagai
persaudaraan sesama manusia atau kadang disebut juga dengan Ukhuwah
Basyariyah yaitu persaudaraan yang tumbuh dan berkembang didasarkan atas
dasar kemanusiaan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar