RESUME PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 3

 

PENDALAMANMATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

 

 

A.    Judul Modul               : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

B.     Kegiatan Belajar       : Perkembangan Emosi, Sosial dan Spiritual Peserta Didik (KB 3)

 

C.     Refleksi

 

NO

BUTIR REFLEKSI

RESPON/JAWABAN

1

Peta Konsep(Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi

1.   Pengertian perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik

Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri individu. Emosi dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk.

Pondasi perkembangan psikososial mencakup emosi dan pengalaman awal anak bersama dengan orang tua. Anak memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan sebagai makhluk sosial ini telah aktif dikembangkan anak sejak lahir (Papalia and Feldman 2001).

Fungsi emosi terhadap perkembangan anak antara lain pertama merupakan bentuk komunikasi. Kedua, emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.

Sedangkan perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock 2012). Menurut Allen dan Marotz (Musyarofah 2017, 31) perkembangan sosial adalah area yang mencakup perasaan dan mengacu pada perilaku dan respon individu terhadap hubungan mereka dengan individu lain. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Perkembangan sosial peserta didik adalah tingkatan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman sebaya, hingga masyarakat secara luas. Sedangkan perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Adapun spritualitas merupakan aspek yang lebih banyak melihat lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, dan sikap personal. Spritualitas adalah cita rasa totalitas kedalaman pribadi manusia.

Pijakan utama pendidikan berbasis spiritual adalah al-Quran dan Hadis. al-Quran memuat nilai dan ketentuan lengkap dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, posisi Hadis menempati sumber kedua yang berperan sebagai penjelas terhadap isyarat dan nilai yang terdapat dalam al-Quran.

Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan peserta didik baik dunia maupun akhirat (Arif 2002). Oleh karena itu pendidikan diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan kelak di akhirat (QS. Al-Qashash: 77).

2. Karakteristik perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik

Lewis dan Rosenblam mengutarakan proses terjadinya emosi atau mekanisme emosi melalui lima tahapan yaitu:

a.    elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa

b.    receptors, yaitu aktivitas dipusat system syaraf;

c.    state, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi

d.    expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis

e.    experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya.

Menurut Syamsuddin Emosi adalah gabungan lima komponen (elicitors, receptors, state, expression, experience) dan  kemudian dibagi dalam tiga variabel, yaitu :

a.    variabel stimulus adalah rangsangan yang menimbulkan emosi

b.    variabel organik adalah perubahan-perubahan fisiologis yangterjadi saat mengalami emosi

c.    variabel respon adalah  pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi

 

Keterkaitan pengaruh  perkembangan sosial emosial anak antara lain :

a.    Emosi, akan mempengaruhi seperti konsentrasi, pengingatan, penalaran

b.    Psikologis, akan berpengaruh pada sikap, minat, dan dampak psikologis

 

Perkembangan sepanjang hayat dihadapkan dengan 8 tahapan yang masing-masing mempunyai nilai kekuatan. Adapun tahapan perkembangannya sebagai berikut:

a.    Trust vs Mistrust (0-1th), Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.

b.    Autonomy vs Shame ( 2-3 th), Tahap ini bisa dikatakan masa pemberontakan anak. saat mengembangkan kemampuan motorik dan mental ,maka diperlukan dorongan untukmengembangkan motorik dan mental.

c.    Inisiative vs Guilt ( 4-5  th), tahap bertanya dalam segala hal mengalami perngembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.

d.   Industry vs Inferiority (6-11 th), bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar, memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.

e.    Ego-identity vs Role on fusion (12-18/20), Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya. ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat.

f.     Intimacy vs Isolation ( 18/19- 30 th), tahap ini manusia sudah mulai siap menjalani hubungan intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya.

g.    Generation vs Stagnation (31-60 th), Tahap ini munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama,usia dewasa.

h.    Ego Integrity vs putus asa (> 60 th), masa dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.

Adapun perkembangan spiritual keagamaan dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a.   The fairy tale stage (tingkat dongeng), (3-6 tahun.)

b.   The realistic stage (tingkat kenyataan), (7-12 tahun.)

c.   The individual stage (berfikir abstrak dan kesensitifan emosinya)

James Fowler (dalam Desmita 2010) merumuskan theory of faith didasarkan pada teori perkembangan psikososial Erikson yang mengacu pada tahapan kehidupan yang terdiri dari 7 tahap perkembangan agama, yakni:

a.       Tahap prima faith (usia 0-2 tahun), tahapan kepercayaan ini ditandai dengan percaya dan setia antara anak pada pengasuhnya.

b.      Tahap intuitive-projective (usia 2-7 tahun), tahap ini kepercayaan anak bersifat peniruan

c.       Tahapan mythic-literal faith (usia 7-11 tahun), tahap ini, sesuai dengan tahap kognitifnya, anak secara sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya.

d.      Tahap synthetic conventional faith (usia 12-akhir), tahap ini ditandai kesadaran terhadap simbolisme dan memiliki lebih dari satu cara untuk mengetahui kebenaran.

e.       Tahap individuative-reflective faith (usia 19 tahun), tahap ini mulai  muncul sintesis kepercayaan dan tanggung jawab individual terhadap kepercayaan tersebut.

f.       Tahap conjunctive-faith (usia 30 tahun), tahap ini ditandai dengan perasaan terintegrasasi dengan simbol-simbol ritual-ritual dan keyakinan agama.

g.      Tahap universalizing faith (masa usia lanjut), perkembangan agama masa ini ditandai dengan munculnya kepercayaan transcendental untuk mencapai perasaaan ketuhanan, serta adanya desentrasasi diri dan pengosongan diri.

3.    Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik

a.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

1)   Keadaan Individu Sendiri, seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks dapat mempengaruhi perkembangan.  

Ada 5 jenis kegiatan belajar yang menunjang perkembangan emosi anak yaitu:

a)   Belajar secara coba dan ralat (trial and error learning), anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi

b)  Belajar dengan cara meniru (learning by imitation), mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi .

c)   Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification).

d)  Belajar melalui pengkondisian (conditioning)

e)   Pelatihan (training), atau belajar dibawah bimbingan dan

2)   Konflik-konflik dalam proses perkembangan

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perkembangan emosi anak adalah:

a)   kesadaaran kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahap semula

b)   imajinasi atau daya khayalnya lebih berkembang

c)   berkembangnya wawasan sosial anak

3)   Faktor lingkungan, terbagi tiga, yakni:

a)  Lingkungan Keluarga. (berfungsi sebagai dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi anak. )

b)  Lingkungan tempat tinggal, berupa kepadatan penduduk, angka kejahatan, fasilitas rekreasi dan bermain anak

c)   Lingkungan sekolah, ( keharmonisan antara guru dan peserta didik, atau antara peserta didik dengan teman sebayanya.

 

b.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial peserta didik juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1)   Faktor individu

2)   Faktor lingkungan keluarga, dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: status anak dalam keluarga, keutuhan keluarga, sikap dan kebiasaan orang tua.

3)   Faktor dari luar rumah, faktor di luar rumah adalah wadah bagi anak untuk bersosialisasi di luar rumah anak akan bertemu dengan orang yang lebih banyak.

4)   Faktor pengaruh pengalaman sosial anak,  apabila seorang anak memiliki pengalaman sosial yang buruk, maka itu, akan berpengaruh bagi proses sosialisasinya.

c.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual

Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral dan spiritual individu yaitu: aspek psikologis, sosial, budaya dan fisik kebendaan. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya tingkah laku pencerminan kehidupan sehari-hari diantaranya yaitu:

1)   Lingkungan keluarga,

2)   Lingkungan sekolah.

3)   Lingkungan pergaulan

4)   Lingkungan masyarakat

5)   Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan (hereditas).

6)   Tingkat penalaran.

7)   Teknologi

 

4.      Implikasi perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik dalam pembelajara

Menurut Golemen (1995) terdapat cara-cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosi, yakni belajar mengembangkan kesadaran diri, belajar mengambil keputusan pribadi, belajar mengelola perasaan, belajar menangani stress, belajar berempati, belajar berkomunikasi, belajar membuka diri, belajar mengembangkan pemahaman, belajar menerima diri sendiri, belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, belajar mengembangkan ketegasan, mempelajari dinamika kelompok, serta belajar menyelesaikan konflik.

Ada strategi untuk menangani perkembangan emosi peserta didik, yaitu :

a.    Guru dan orang tua tidak boleh membuat jarak sosial, tapi harus lebih dekat dengan peseta didik.

b.    Guru atau orang tua harus terampil dalam mengobservasi berbagai karakter emosi dan perilaku sosial anak,

c.    keterampilan dalam merekam, mencatat, dan membuat prediksi tentang perbuatan apa yang akan menyertai peserta didik.

 Strategi guru dalam membantu peserta didik memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif, yaitu:

a.    Mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial.

b.    Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif,  Ketika siswa berpartisipasi dalam permainan kooperatif, tingkah laku agresif mereka terhadap anak-anak lain cenderung menurun.

c.    Memberikan label perilaku yang pantas

d.   Meminta siswa untuk memikirkan dampak dari perilaku-perilaku yang mereka miliki.

d.   Mengembangkan program mediasi teman sebaya.

Sekolah dituntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral spiritual, untuk itu guru diharapkan mampu memberikan ruang belajar yang sensitif terhadap perkembangan spiritual peserta didik, dengan cara:

a.    Menjadikan pendidikan wahana kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya bersifat teoritis, tetapi penghayatan yang benar-benar dikonstruksi dari pengalaman keberagamaan.

b.    Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting seperti:

1)     Memupuk hubungan sadar anak dengan Tuhan melalui doa setiap hari

2)     Menanyakan kepada anak sebagaimana Tuhan terlibat dalam aktivitasnya seharihari

3)     Memberikan kesadaran kepada anak bahwa tuhan akan membimbing kita apabila kita meminta.

4)     Menyuruh anak merenungkan bahwa Tuhan itu ada dalam jiwa mereka dengan cara menjelaskan bahwa mereka tidak dapat melihat diri mereka tumbuh atau mendengar darah mengalir.

c.     Materi yang disampaikan guru dalam kelas adalah materi yang secara langsung dapat menyentuh permasalahan keagamaan yang dialami peserta didik.

d.    Menanamkan nilai-nilai Islam yang terkait dengan masalah ibadah dilakukan dengan memaparkan hikmah yang terkandung dari sebuah pelaksanaan ibadah.

.

2

Daftarmateri bidang studi yangsulit dipahami pada modul

1.      Karakteristik perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik

2.      Metode yang tepat untuk menangani perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta didik

 

3

Daftarmateriyangsering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran

1.    Perkembangan emosi, sosial, dan spiritual

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

  PENERAPAN STRATEGI QSH   SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MAPEL AKIDAH AKHLAK KELAS IV MI TARBIYATUL   ISLAMIYAH WINONG...