RESUME PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 4

 

PENDALAMANMATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

 

 

A.    Judul Modul  : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

B.     Kegiatan Belajar       : Karakteristik Pembelajaran PAI Abad 21 (KB 4)

C.     Refleksi

 

NO

BUTIR REFLEKSI

RESPON/JAWABAN

1

Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi

1.     Globalisasi dan Kesadaran Global

Istilah globalisasi saat ini menjadi sangat populer karena berkaitan dengan gerak pembangunan Indonesia, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terbuka, dan perdagangan bebas. Era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi, dan keterbukaan. Tanpa memiliki kemampuan ini maka Indonesia akan tertinggal jauh dan terseret oleh arus globalisasi yang demikian dahsyat.

Ciri-ciri globalisasi antara lain: pertama, globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan manajemen yang tangguh. Kedua, globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik. Ketiga, Adanya saling ketergantungan antarnegara. Keempat, pendidikan merupakan bagian dari globalisasi.

Globalisasi adalah proses penduniaan, artinya segala aktivitas diperhitungkan untuk kepentingan dunia. Globalisasi mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Dampak positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, di mana setiap orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula (Tilaar 1998). Sebaliknya, globalisasi juga bisa menjadi ancaman terhadap budaya bangsa. Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya lokal, atau budaya bangsa.

Globalisasi secara khusus memasuki tiga arena penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik dan budaya yang menempatkan manusia dan lembaga-lembaganya dengan berbagai tantangan, kesempatan dan peluang.

 

2.     Kesadaran Global Guru Abad 21

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk terjun ke era globalisasi. Kesadaran global merupakan salah satu yang akan membekali kita dalam memasuki era globalisasi (Suradi 2018, 114–15). Guru harus mampu menangkap trend (kecenderungan) globalisasi yang demikian hebat. Kesadaran global membuat kita menjadi guru yang berupaya mempersiapkan diri sebagai guru global.

Untuk menjadi guru global kita harus mengetahui istilah lain yaitu pendidikan global. Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk kesadaran, wawasan, dan perspektif peserta didik, karena melalui pendidikan global siswa dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan masalah global. Pendidikan global mempersiapkan siswa untuk memahami dan mengatasi adanya ketergantungan global dan keragaman budaya (Halimah 2018), yang mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke dalam batas-batas negara dan budaya.

Pendidikan Global memiliki 3 tujuan, yaitu:

a.    Pendidikan global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan bahan dan menggunakan metode keragaman budaya.

b.    Pendidikan global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan dari tujuan ini adalah untuk mendiskusikan tentang perbedaan budaya dan keutamaan etika, agama, dan budaya bangsa.

c.    Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan memberikan keterampilan analisis dan evaluasi yang luas. Keterampilan ini akan membekali siswa untuk memahami dan memberi reaksi terhadap isu internasional dan antarbudaya.

 

3.     Ketrampilan Global Guru Abad 21

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang cepat ini, maka individu perlu belajar berkarya. Guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, agar dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, dapat lebih kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga (Zubaidah 2016, 2–5). Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup: Keterampilan Berpikir Kritis; Kemampuan Menyelesaikan Masalah; Komunikasi dan Kolaborasi; Kreativitas dan Inovasi; Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.

 

a.    Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan ini merupakan ketrampilan fundamental pada pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (Ayu 2019, 79). Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris (1989) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis dikelompokan ke dalam 5 langkah yaitu:

1)   Memberikan penjelasan secara sederhana

2)   Membangun keterampilan dasar

3)   Menyimpulkan

4)   Memberikan penjelasan

5)   Mengatur strategi dan taktik

b.    Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam memecahkan masalah.

Menurut Wina Sanjaya (2006), metode pemecahan masalah terdiri dari beberapa langkah yaitu:

1)   Merumuskan masalah

2)   Menganalisis masalah

3)   Merumuskan hipotesis

4)   Mengumpulkan data

5)   Pengujian hipotesis

6)   Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah,

c.    Komunikasi dan Kolaborasi

Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara (Abdurrohim 2020). Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-kelompok internasional.

Rosyada (2017), mengemukakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dicapai melalui pendidikan adalah memiliki kompetensi dalam komunikasi global, bisa menggunakan bahasa yang bisa difahami oleh masyarakat dunia, baik komunikasi verbal, maupun tulisan, baik dalam aspek reading, maupun writing, sehingga bisa menjadi bagian penting dalam sebuah perusahaan industri, jasa atau lainnya.

d.    Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan jawaban.

Kreativitas menurur Mulyasa (2005), adalah kemampuan untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi siswa dalam proses belajar. Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari orang kreatif antara lain:

1)    Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

2)    Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

3)    Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4)    Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli

e.    Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi

Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan abad ke-21 (Subarjo 2017). Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital. Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi informasi, media dan teknologi.

 

4.     Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Dijelaskan oleh Smaldino (2008, 7–11) bahwa kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar.

Perangkat dan koneksi digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer diantaranya interactive tools dan interacting with others (Tjandra 2020).

a.    Interactive tools atau media peralatan interaktif. Peserta didik di era digital menggunakan perangkat nirkabel bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam dan di luar aturan sekolah yaitu dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi internet kapanpun dan dimanapun saat diperlukan.

b.    Interacting with others (berinteraksi dengan orang lain).

Penggunaan media komputer berbasis internet memudahkan siswa untuk mencari sumber belajar Ponsel pintar (android), tablet, dan laptop yang terhubung dengan saluran internet dapat digunakan untuk mengirim pesan berupa video, pesan suara, dan animasi.dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun.

Komunitas belajar peserta didik semacam ini tersebar di seluruh penjuru dunia melalui alat komunikasi interaktif berbasis web dan situs media sosial seperti blog (jurnal pribadi yang dapat diakses publik), wiki (informasi web yang dapat diedit oleh pengguna yang terdaftar), dan podcast (file multimedia berbasis internet yang diformat untuk dapat diunduh langsung ke perangkat seluler). Contoh pemanfaatan media dan informasi digital dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik adalah pembuatan blog tentang pemanasan global dimana mereka secara teratur bertukar komentar dan tautan terkait materi pemanasan global dengan peserta didik lain yang berada di seluruh penjuru dunia.

 

5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Media digital mengembangkan dan meningkatkan kapabilitas guru untuk memenuhi berbagai peran dan tanggungjawabnya yang berhubungan dengan menjadi seorang pendidik. Smaldino (2008, 7–9) mengemukakan beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:

a.    Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif) Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya akan media interaktif. Sebagai contoh kegiatan konferensi video digital secara langsung yang mendatangkan narasumber seorang sejarawan, novelis, dan pakar di dalam pembelajaran kelas. Tampilan media ini berkisar dari klip video pendek yang mendemonstrasikan konsep spesifik hingga video documenter berdurasi panjang. Penyajian media bentuk ini biasa berupa PowerPoint atau Prezi Presentation yang mengintegrasikan animasi, suara, dan hyperlink dengan informasi digital.

b.    Personal Response System (PRS)

Flyn & Russell (2008) mengemukakan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan perangkat digital handlehand, seperti personal response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “Clicker.” PRS merupakan sebuah keypad wireless (tanpa kabel) seperti remote TV yang mentransmisikan respon dari siswa. Manfaat utama PRS adalah untuk mengetahui setiap respon dari siswa dalam berbagai macam keadaan. Penggunaan PRS selama pembelajaran mampu meningkatkan interaksi antara peserta didik dan guru di kelas guna menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik.

c.    Mobile Assessment Tools

Weinstein mengemukakan sumber komputasi seluler (mobile computing resources) memungkinkan guru untuk merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device) yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan. Sebagai contoh, perangkat digital seluler digunakan untuk membuat catatan operasional kemampuan membaca siswa SD atau data kinerja siswa yang diobservasi dalam presentasi, eksperimen di laboratorium, atau tugas tulisan tangan siswa.

d.   Community of Practice (Komunitas Praktik)

Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan sumber daya. Interaksi berbasis internet ini memungkinkan guru untuk berkolaborasi maupun bertukar gagasan dan materi.

Penggunaan teknologi dan media yang efektif menuntut agar para guru lebih terorganisir dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Diawali memikirkan tujuan pembelajaran, kemudian mengubah rutinitas kelas sehari-hari sesuai kebutuhan, dan akhirnya mengevaluasi untuk menentukan dampak dari instruksi yang digunakan pada kemampuan mental, perasaan, nilai, interpersonal skill, dan keterampilan motoric siswa.

 

2

Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul

1.      Pentingnya teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

3

Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran

1.      Pengertian globalisasi dan kesadaran global

2.      Ketrampilan global guru abad 21

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

  PENERAPAN STRATEGI QSH   SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MAPEL AKIDAH AKHLAK KELAS IV MI TARBIYATUL   ISLAMIYAH WINONG...