A.
Definisi Khulafaur Rosyidin dan
Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an
Khulafaur
Rosyidin
adalah para khalifah yang arif bijaksana. Mereka merupakan keempat sahabat
yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslimin setelah Rasulullah Saw wafat.
Kata Khalifah خليفة secara bahasa berasal dari خلفا يخاف خلف
artinya mengganti atau memberi ganti. Kata خليفة jamaknya وخالئف
خلفاء artinya Khalifah atau
pengganti, sedangkan اخاللفة berarti penggantian atau kekhalifahan.
Berikut ini ayat
Al-Qur‘an yang menyebut kata Khalifah, yaitu:
Artinya: “Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,“Aku hendak menjadikan khalifah
di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Makna Khalifah
dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 30 menjelaskan bahwa manusia itu khalifah di muka
bumi. Khalifah merupakan identitas manusia yang hidup di permukaan bumi.
Semua manusia adalah khalifah yang mendapatkan amanah dari Allah yang kelak
dipertanggungjawabkan.
M. Quraish
Shihab
menyimpulkan bahwa kata Khalifah yang digunakan oleh Allah untuk siapa saja
yang diberi kekuasaan mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Menurut M.
Syafii Antonio, Khalifah diartikan sebagai pengganti atau pemegang
otoritas Tuhan di muka bumi. Istilah ini dipakai sebagai sebutan bagi kaum
muslim setelah Rasulullah wafat, seperti untuk Khulafâar-Râsyidîn.
Ada tiga
penafsiran terhadap kata ini oleh para mufassir awal, yaitu: (a) sebagai
penghuni, (b) penerus atau pengganti, dan (c) sebagai wakil Allah di
bumi. M. Quraish Shihab menyimpulkan bahwa kata Khalifah dalam
al-Quran mengandung arti: (a) siapa saja yang diberi kekuasaan mengelola
wilayah, baik luas maupun terbatas, dan (b) seorang Khalifah
berpotensi, bahkan secara aktual dapat melakukan kesalahan karena
mengikuti hawa nafsu.
Khulafaur Rasyidin
adalah kekhalifahan pada masa para sahabat empat, yaitu Abu Bakar ash-Shidiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Menurut Munawir
Sjadzali, pada masa Khulafaur Rasyidin tidak ada pola baku pengangkatan
khalifah. Abu Bakar ra dipilih menjadi Khalifah dengan cara ditunjuk karena
pernah menjadi imam shalat menggantikan rasul saat sedang sakit. Umar bin
Khattab ra. dipilih karena wasiat tanpa musyawarah terbuka. Ali bin Abi
Thalib ra. ditunjuk, sedangkan Usman bin Affan ra. dipilih dengan cara tidak
langsung melalui dewan formatur.
Menurut Abu
Yasid, terjadinya dinamika pemerintahan pada masa Khulafaur Rosyidin
sesungguhnya merupakan keniscayaan dan dapat dimaklumi. Sebab, sistem
pemerintahan dalam Islam masuk kategori wasilah (sarana), bukan ghayah
(tujuan). Setiap perkara yang masuk ghayah mengharuskan ditegakkannya
keadilan di tengah-tengah rakyat secara merata, sehingga dapat hidup
sejahtera. Oleh karena itu menjadi logis jika dalam teks wahyu, bentuk negara
dan sistem pemerintahan tidak disebutkan secara tersurat dan terperinci.
B.
Kisah Keteladan Abu Bakar
Shidiq
1.
Biografi Abu Bakar Shidiq
Nama
aslinya Abdullah. Anak dari Utsman bin Amir bin Amr bin Ka‘ab bin
Sa‘ad bin Taim bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu‘ai bin Ghalib bin Fihr. Ibu beliau
adalah Ummul Khair yaitu Salman binti Shahr bin Amir.
Abu
Bakar lahir dua tahun setelah kelahiran Rasulullah Muhammad. Awalnya ketika
zaman jahiliyyah bernama Abdul Ka‘bah atau Abdul Uzza. Setelah masuk Islam
berganti nama menjadi Abdullah bin Utsaman. Beliau dikenal Al-Atiq (orang
yang terbebas) karena beliau adalah orang pertama yang diberi kabar gembira
berupa dibebaskan dari siksa neraka. Beliau tidak pernah merasa lebih tinggi
derajatnya daripada orang lain, baik ketika masa jahiliyyah maupun setelah
Islam. Jika ada yang memujinya, maka pujian itu akan menjadikannya semakin
tawadhu‘ dan beliau mengatakan: Ya Allah, sungguh Engkau adalah lebih
mengetahui tentang diriku daripada diriku sendiri.
2.
Keteladan
Abu Bakar Ash-Shidiq
Dialah
tokoh sahabat yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah Saw. Karena
besarnya pengorbanan beliau, Rasulullah Saw. pernah mengatakan: ―Islam
telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.
Berikut
ini keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq :
a.
Teguh iman
Rasulullah Saw. bersabda, ―Jika
ditimbang iman Abu Bakar AshShiddiq dengan iman sekalian umat maka lebih
berat iman Abu Bakar. Karena beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya pada
Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan rasa takutnya pada yaumul Hisab atau
pengadilan Allah Swt.
b.
Suka berinfaq dan memerdekakan
budak
Setelah masuk Islam, Abu Bakar
telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan sadaqah dan
memerdekakan budak. Dalam perang Tabuk, Abu Bakar ra. membawa seluruh harta
bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul.
c.
Ilmu yang mendalam.
Kedalaman ilmu Abu Bakar
ash-Shiddiq ra. Terhadap hadis Nabi Saw sangat menakjubkan, sehingga ilmu
itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya
meleleh.
d.
Dijamin masuk surga
Nabi bersabda: Allah mengutusku
kepada kalian kemudian kalian mengatakan: Engkau (Muhammad) dusta, namun Abu
Bakar berkata “Ia (Muhammad) benar”. Ia telah melindungiku dengan diri dan
hartanya. Bisakah kalian membiarkan sahabatku ini bersamaku?‘ (Maksudnya
tidak melukai hatinya). Beliau mengatkan dua kali. Setelah kejadian tersebut
Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi. (HR. Bukhari, no. 3661).
e.
Setia menemani rasulullah saat
hijrah
Abu Bakar bercerita, ―Ketika
bersama Nabi Muhammad di gua Tsur aku mengangkat kepalaku. Ternyata, berada
dekat sekali dengan telapak kaki orang-orang Quraisy. Aku pun berkata, ―Wahai
utusan Allah, andaikata sebagian mereka menengok ke bawah, niscaya mereka
melihat kita. Mendengar kecemasan sahabatnya ini beliau (Muhammad)
menghiburnya, Tenanglah wahai Abu Bakar. Apakah kamu mengira kita hanya
berdua padahalada Allah yang ketiganya. (HR. Bukhari, No. 3992 dan Muslim,
No. 2381).
f.
Paling dicintai oleh rasulullah
Amr bin al-Ash menceritakan
bahwa Nabi Muhammad mengutusnya bersama pasukan (dalam perang Dzatus Salasi).
Amr bertutur, Aku datang menemui beliau (Muhammad), lalu bertanya Siapakah
orang yang paling engkau cintai?‘ Beliau menjawab: “Aisyah”. Aku bertanya
lagi, Yang dari kaum laki- laki?‘ Beliau menjawab: Ayahnya. Aku bertanya
lagi, Kemudian siapa lagi?‘ Beliau menjawab, Abu Bakar. Setelah itu beliau
menyebut beberapa nama lain. (HR. Bukhari, no. 3662 dan Muslim, no. 2384).
g.
Pernah menjadi imam masjid
untuk menggantikan Nabi
Abu Musa al- Asy‘ari
menuturkan, Ketika Nabi sakit dan penyakitnya bertambah parah, beliau
berkata,‟Perintahkanlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah.‘
Aisyah berkata, Abu Bakar adalah laki-laki yang halus perasaanya. Jika dia
menggantikan engkau maka dia tidak akan bisa mengimami shalatberjamaah.
Beliau berkata lagi, Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat
berjamaah” Lalu utusan beliau mendatangi dan menyuruh Abu Bakar untuk menjadi
imam shalat berjamaah, dan dia pun melaksanakanya ketika itu Rasulullah masih
hidup. (HR. Bukhari, no. 678 dan Muslim, no. 420).
h.
Menjadi khalifah pertama yang
dikehendaki Allah, rasul, dan umat Islam
Aisyah bertutur: “Rasulullah
berkata kepadaku ketika sedang sakit, Panggilkan untukku Abu Bakar, ayahmu
dan saudara laki- lakimu, Abdurrahman. Aku ingin menulis sebuah wasiat,
khawatir ada orang yang nanti berharap-harap dan berseru Aku lebih berhak,
padahal Allah dan kaum mukminin hanya menghendaki Abu Bakar. (HR. Bukhari,
No. 5666 dan Muslim, No. 2387).
i.
Cepat melakukan kebaikan
Rasulullah Saw. suatu hari
seusai shalat subuh bertanya, “Siapakah yang pagi ini melakukan ibadah
puasa?‟ Abu Bakar menjawab, Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya membisikan
(meniatkan) pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi ini. Lalu aku pun
berpuasa. Kemudian Rasulullah bertanya: “Siapakah diantara kalian yang sudah
mengeluarkan sedekah?‟ Umar menjawab, Wahai Rasulullah, kami masih bersama
Anda sejak semenjak shalat, lantas bagaimana mungkin kami bersedekah?‘ Abu
Bakar menjawab, Saya wahai Rasulullah, ketika saya masuk masjid ada seorang
yang meminta sedekah. Nabi pun kemudian bersabda dalam keadaan wajahnya
berseri-seri karena bahagia, “Wahai Abu Bakar bergembiralah dengan surga” (HR.
Muslim, no. 1027)
Al-Imam asy-Sya‘bi berkata: Allah memberikan
kekhususan kepada Abu Bakar dengan empat hal yang tidak dimiliki oleh seorang
pun: (a) Dia ash-Shiddiq dan sebelumnya belum ada orang yang bernama
demikian, (b) Dia adalah sahabat Rasulullah di dalam gua, (c) Dia adalah
teman Rasulullah saat melakukan hijrah, (d) Rasulullah memerintahkannya untuk
menjadi imam shalat saat Rasulullah masih hidup.
C.
Kisah Keteladan Umar bin
Khottob
1.
Biografi Umar bin Khattab
Umar lahir pada tahun 581 M.
Ayahnya bernama Khattab bin Nufail dan ibunya bernama Khantamah binti Hasyim.
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin
Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin Rizzah bin Adibin Ka‘ab. Umar bin Kattab
masuk Islam pada tahun 608 M dalam usia 27 tahun. Masa pemerintahan Umar bin
Khattab disebut Futuhul Islamiyah. Umar bin Khattab meninggal pada 1
Muharram 232 H karena dibunuh oleh Abu Lu‘luah (budak dari Persia).
Umar
Menjadi khalifah pada tahun 13 H–23 H (634 M-644 M). Julukannya adalah: (a)
Abu Faiz (orang yang memiliki kecerdasan), (b) Abu Hafaas (tegas dalam
pendirian), (c) Singa gurun pasir (The Lion of The Dessert) / Asadullah, dan
10 (d) Al-Faruq (pembeda). Beliau digelari ―Al-Faruq, karena beliaulah
yang berani menunjukkan keislamannya saat masih di Makkah, dan dengannya
Allah menampakkan secara jelas antara kekufuran dan kebathilan.
Perjuangan
Umar bin Khattab setelah masuk Islam :
a.
mengumumkan keislamannya di hadapan kaum Quraisy,
b.
mengajak Rasulullah Saw. untuk berdakwah secara
terang-terangan,
c.
mendatangi tokoh-tokoh Quraisy untuk masuk Islam,
dan
d.
mencurahkan seluruh hidupnya untuk membela
Rasulullah Saw.
2.
Keteladanan dan Keutamaan Umar
bin Khattab
a.
Hidup sederhana
Tatkala Umar bin al-Khaththab
ra. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana
yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar ra. Pada
suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Beliau tidak
setuju dan tidak mau kalau tunjangan khalifah dinaikkan. Ia mengikuti jejak
Nabi dan khalifah sebelunnya yang selalu hidup sederhana. Bahkan kelebihan
hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. (Sumber: Tarikh
ath-Thabari, jilid I, hlm. 164)
b.
Dijamin masuk surga
Rasulullah bersabda: “Abu Bakar
di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga,
Zubair di surga, Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga,
Sa‘id bin Zaid di surga,12 Abu Ubaidah bin Jarrah di surga” (HR. Abu
Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al- Albani
di dalam Shahih al-Jami‘ ashShaghir: 4010)
c.
Sahabat yang paling dicintai
oleh Nabi setelah Abu Bakar
Amr bin al-Ash bertutur: “Aku
datang menemui beliau, lalu bertanya, Aku datang menemui beliau, lalu
bertanya,‘Siapakah orang yang paling engkau cintai?‘ beliau menjawab Aisyah.
Aku bertanya lagi yang dari kaum laki-laki?‘ Beliau menjawab: “Ayahnya. Aku
bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Umar bin al-Khaththab”.
Setelah itu dia menyebut nama beberapa orang lagi. (HR. Bukhari, no. 3662
dan muslim, no. 2384).
d.
Kepemimpinannya dipuji dan
diridhai oleh kaum muslimin
Abdullah bin Umar berkata:
“Kami diperintahkan memilih orang-orang di zaman Rasulullah, lalu kami
memilih Abu Bakar, lalu kami memilih Umar, kemudian Utsman. (HR. Bukhari
no 3655)
e.
Sahabat yang pendapatnya sering
disepakati dan disetejui oleh Allah.
Umar bin Khaththab menyarankan,
Ada tiga sikapku yang bertepatan dengan ketetapan Rabbku :
(1)
Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana jika kita menjadikan Maqam Ibrahim
(tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka‘bah) sebagai tempat shalat?
Maka turunlah ayat yang artinya, “…Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu tempat
shalat…” (QS. Al-Baqarah: 125).
(2)
Ayat
hijab. Aku berkata: “Wahai Rasulullah bagaimana jika engkau memerintahkan
istri- istri engkau untuk berhijab? Karena orang yang baik dan orang yang
jahat berbicara dengan mereka. Maka turunlah ayat yang artinya “…Dan apabila
kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu
dan hati mereka…(QS. Al-Ahzab: 53).
(3)
Ketika
istri-istri Nabi berkumpul karena cemburu terhadap beliau, aku berkata, Jika
Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya akan memberikan ganti dengan
istri- istri yang lebih baik dari kalian. Maka turunlah ayat yang artinya:
―Jika dia (Nabi) menceraikan kamu boleh jadi Rabb akan memberi ganti
kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu…” (QS. At-Tahrim: 5). (HR.
Bukhari no. 402 dan Muslim no. 2399).
Berikut ini keteladanan Umar
bin Khattab, yaitu:
(1)
berani
dan rela berkorban dalam membela kebenaran,
(2)
bersikap
adil dalam memutuskan perkara hukum,
(3)
berjiwa
besar dan dapat menghormati hak orang lain,
(4)
tegas
dalam menentukan perkara yang hak dan batil,
(5)
sayang
terhadap semua rakyatnya,
(6)
rendah
hati dan mengutamakan aspek kesederhanaan
(7)
bersikap
jujur dan amanah
D.
Kisah Keteladan Utsman bin
Affan
1.
Biografi Utsman bin Affan
Beliau
adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams
bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakek ke
empat yaitu Abdu Manaf. Di masa jahiliyyah beliau dipanggil Abu Amr,
namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti Rasulullah terlahir
seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah beliau pun berganti menjadi
Abu Abdillah. Beliau masyur dengan julukan dzun- nurain (pemilik dua cahaya).
Utsman
lahir di kota Thaif lima tahun setelah Rasulullah lahir. Beliau tumbuh
ditengah keluarga kaya raya. Ketika ayahnya meninggal, Utsman kemudian
mengembangkan peninggalan perdagangan milik ayahnya yang banyak. Hingga harta
itu semakin berkembang dan bertambah banyak, yang pada suatu saat akan
menjadi bekalnya dalam berjihad dan amalan kebajikan.
2.
Keteladanan dan Keutamaan
Utsman bin Affan
a.
Berakhlak mulia
Usman bin Affan adalah salah
satu sahabat terbaik Nabi Muhammad saw. Beliau tumbuh menjadi pribadi yang
lembut kepada sesama mukmin. Ia dikenal penyabar, ramah, dan murah hati,
selalu memaafkan kesalahan orang lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah
Rasulullah saw. Ia mencontoh perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi saw.
Dalam setiap kesempatan, ia selalu mendahulukan sikap santun dan maaf, murah
hati dan tidak bergantung pada dunia.
b.
Dermawan (suka memberi)
Materi dunia yang melimpah tak
mampu mengikat atau membelenggu Utsman bin Affan untuk mencintai dunia. Ia
selalu menempatkan Allah swt dan Rasul-Nya di urutan yang paling tinggi.
Hatinya tak pernah terikat kepada dunia sehingga ia dapat setiap saat
melepaskan semua miliknya demi kepentingan Allah swt dan Rasul-Nya.
c.
Dijamin masuk surga
Rasulullah Saw. bersabda
(artinya), “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga,
Thalhah di surga, Zubai di surga, Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin
Waqqash di surga,Sa‟id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR.
Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al-
Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash- Shaghir: 4010)
d.
Meninggal dalam keadaan syahid
Anas bin Malik menuturkan
bahwasanya Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman naik ke atas gunung Uhud. Tiba-tiba
tanah di gunung Uhud itu bergetar. Kemudian Nabi Muhammad bersabda (artinya),
―Tenanglah wahai Uhud! Sesungguhnya, diastasmu ada seorang Nabi,16 seorang
Shiddiq, dan dua orang syahid. ―(HR. Bukhari no. 3675 dan Muslim no.
2417).
e.
Menggunakan hartanya untuk
kepentingan di jalan Allah
Imam Ahmad berkata, Rasul
bersabda: “Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar,
yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling
pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah
Mu‘adz bin Jabal, yang paling hafal Al- Qur‘an adalah Ubai bin Ka‘ab, dan
Zaid bin Tsabit adalah yang paling mengetahui ilmu waris. Setiap umat
mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan
umatku adalah Abu Ubaidah al-Jarrah” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, 3/184).
E.
Kisah Keteladan Ali bin Abi
Tholib
1.
Biografi Ali bin Abi Thalib
Beliau
dijuluki Abul Hasan al-Quraisy al-Hasyimi. Namanya adalah Ali. Anak dari Abi
Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Amirul Mukminin penutup
khulafa‘ur-rasyidin. Ali adalah sepupu dan sekaligus menantu Nabi, menikahi
putri beliau, Fathimah binti Rasulullah. Ibu beliau adalah Fathimah binti
Asad bin Hasyim bin Abdi manaf alHasyimiyyah.
Beliau
lahir sepuluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Abu Thalib, seorang yang
sedikit hartanya sedangkan keluarga yang ditanggungnya berjumlah besar. Nabi
Muhammad berkeinginan meringankan beban yang ditanggungnya.
Ali
semenjak kecil tumbuh di bawah pengawasan dan perhatian Nabi. Ali senantiasa
mengambil contoh, arahan, dan akhlak Nabi, serta beradab dengan adab-adabnya.
Berkata Urwah: “Ali masuk Islam sedang ia baru berumur delapan tahun. (Lihat
Siyaru A‘lam an-Nubala‘).
2.
Keteladanan dan Keutamaan Ali
bin Abi Thalib
a.
Dijamin masuk surga
Rasulullah
Saw. bersabda (artinya), “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ustman di surga,
Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdur Rahman bin Auf di
surga, Said bin Waqqash di surga, Sa‟id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin
Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu Majah 134,
Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih alJami’ ash- Shaghir: 4010)
b.
Sahabat yang merupakan bagian dari Nabi Muhammad
Rasulullah
Saw. bersabda (artinya): “Ali adalah bagian dariku dan aku bagian dari
dirinya” (HR. Tirmidzi no. 3719)
c.
Berilmu luas
Beliau
adalah lulusan terbaik dari madrasah nubuwwah, yang dididik semenjak kecil
oleh Rasulullah saw. Di antara keistimewaan beliau adalah Allah swt menganugerahkan
kecerdasan di atas rata-rata. Sampai-sampai Rasulullah bersabda: “Aku adalah
kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya”.
Di
antara kisahnya adalah perselisihan beberapa sahabat tentang ilmu berhitung.
Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Di suatu tempat, mereka
berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing membuka
bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang
kedua membawa lima potong roti. Ketika keduanya telah siap untuk makan, tibatiba
datang seorang musafir yang baru datang dan duduk bersama mereka. Selesai
makan, musafir tadi meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang
tersebut seraya berkata: ―Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang aku
makan tadi. Belum lagi mendapat jawaban dari pemilik roti itu, si musafir
telah minta diri untuk melanjutkan perjalanannya lebih dahulu. Sepeninggal si
musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi uang yang diberikan. Namun
terjadi perdebatan karena mereka menganggap pembagiannya tidak adil.
Maka,
mereka bermaksud menghadap sahabat Ali bin Abi Thalib ra. untuk meminta
pendapat. Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka
hadapi. Imam Ali mendengarkannya dengan seksama. Setelah orang itu selesai
berbicara, Imam Ali kemudian berkata dan menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan kepandaian dan keluasan ilmu yang dimilikinya. Mereka sangat mengagumi
cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengagumi dan
mengakui keluasan ilmunya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar