1. Akidah Islam
a. Definisi Akidah
Dalam satu riwayat
diceritakan bahwa Malaikat Jibril pernah datang kepada Rasulullah dengan
menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman (konsepsi akidah
Islam yang menjadi Ushul (Dasar) dari agama Islam) Islam (domain syariah dan
atau ibadah Amaliyah yang didasarkan pada akidah) dan Ihsan (akidah dan
ibadah tersebut bila dilakukan dengan benar akan melahirkan ihsan dan akhlak
mulia).
Syariah dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
1) I’tiqodiyah adalah sesuatu yang
menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia, atau kepadanya didasarkan
bagaimana perbuatan manusia, seperti keyakinan akan Keesaan Allah dan
kewajiban menyembah allah.
2) ‘amaliyah adalah: sesuatu yang berhubungan
dengan bagaimana perbuatan manusia seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Akidah secara Bahasa
Akidah diambil dari kata al ‘aqdu yang merupakan bentuk infinitive
(masdar) dari kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu.
Akidah merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang
sesuatu dan dia membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang
dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib
disembah. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan sedikitpun. Sedangkan secara istilah
aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus diimani dengan yakin oleh
seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima sepenuh hati
serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana aqidah
Islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah,
Rasul-rasul Allah, Hari akhir serta qadha’ dan qadar (dikenal dengan rukun
Iman).
Menurut Yusuf
Qardawi, Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat
kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti
dengan kata Islam, maka berarti ikatan keyakinan yang berdasarkan ajaran
Islam. Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan dan
merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah
Allah Swt.
Apabila ketaatan kita
kepada Allah telah mampu melenyapkan sifat-sifat buruk (seperti sifat iri,
dengki, ria angkuh, sombong, bakhil, malas dll) maka berhak menyandang gelar
mukmin, tapi apabila masih suka berbuat maksiat atau dosa, bergelar fasiq,
mukmin fasiq atau mukmin “’ashi” dan belum pantas menyandang
mukmin hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-A’raf ayat 43;
Artinya:
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka;
mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji
bagi 4 Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali
tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.
Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran".
Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan"(QS. AlA’raf:43)
Mukmin fasiq,
‘ashi atau fasiq keimanannya naik turun, keimanan syaithon atau
manusia berwatak syaithon turun terus, keimanan malaikat tidak naik dan tidak
turun, sementara itu keimanan orang makmin seperti orang yang sholeh dan
sholehah, para wali selalu naik keatas mencari kenikmatan spiritual dan
meninggalkan selera kenikmatan material.
Rukun iman menurut
keimanan pada zaman Rasulullah keimanan para sahabat itu meliputi, mereka
mempercayai dan menganmalkan seluruh perintah Allah dan Rasulullah dan
meninggalkan seluruh larangan-Nya pasti akan mendatangkan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Lalu pada zaman tabiin ulama ahli hadits Imam
Abu Bakar Al Baehaqi menyusun kitab Syu’b al iman yang jumlah
rukunnya ada 77, menurut ulama tabiin yang lain seperti Abu Hatim bin
Hibban ra beliau berpendapat setelahnya meneliti seluruh ayat al-Qur an
dan al-Hadits beliau berpendapat bahwa jumlah rukun iman itu ada 79.
Keimanan dalam agama
Islam merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun syariat Islam.
Apabila akidah dan syariat Islamnya dilaksanakan secara sempurna maka akan
melahirkan akhlaq yang terpuji.
b. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam
bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan kemampuan akal yang
sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan perpecahan umat
isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah
dalam al-Qur’an sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Baqarah: 177
Artinya: “Bukanlah
menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……”
Adapun rukun yang ke
enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis nabi, ketika beliau
ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab:
Artinya: “Hendaklah
kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik
maupun buruk.”
Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi keimanan kepada Allah
yang wajib dipatuhi. Nabi Muhammad dan ummatnya bertugas di bumi ini untuk
menyebarkan rahmat/kasih sayang ke seluruh alam baik yang lahir maupun yang
batin, umat Islam mengemban amanah untuk menjadi umat teladan (uswah) dan
harus ikut berpartisipasi mengawal peradaban dunia ini.
Adapun butir butir
rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap
hal hal sebagai berikut; 1). Bangkit di alam kubur 2). Padang mahsyar. 9).
Surga dan neraka. 10). mencintai Allah 11), hormat dan takut kepada Allah.
12). tawakkal kepada Allah setelahnya maksimal berusaha dan doa, 13).
mengharap ridla Allah 14). mencintai Nabi Muhammad 15). menghormati Nabi 16).
setia pada Islam 17). menuntut ilmu 18). menyebarkan ajaran Islam, 19).
memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan shahabatnya, 20). suci
jasmani dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari dosa,
21). iman dan amal sholeh dilakukan karena Allah 22). jujur dll.
Tujuan utama beriman,
perinciannya secara individu adalah:
1) Menentukan orientasi kehidupan
Orientasi yang dimaksud adalah niat yang ikhlas
yang terkandung dalam setiap perbuatan manusia. sebagai bekal menempuh
kehidupan di akhirat kelak.
2) Menentramkan jiwa dan menghilangkan keraguan
Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan
keyakinan akan kebenaran ajaran Islam agar mampu menghapuskan sifat-sifat
tercela yang bersarang dihati penganut Islam.
3) Membangkitkan rasa ketuhanan
Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang
memiliki naluri beragama, naluri tersebut sudah ada semenjak manusia hidup
dialam kandungan telah terjadi perjanjian primordial antara seorang hamba dengan
Allah, sehingga melahirkan kesadaran akan kehadiran Allah pada dirinya setiap
saat sampai akhirnya ia menjadi pribadi yang jujur dan muhsin.
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf 7: 172
4) Memberikan kepastian
Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti
dan pegangan kuat, supaya dapat membedakan mana yang baik yang harus
dijalankannya, dan mana yang buruk yang harus dijauhi.
5) Berani berjuang membela kebenaran dan keadilan
Akidah Islam akan mendorong manusia berani
berjuang menegakkan kebenaran, berani dalam pengertian bahwa seseorang
mempunyai kesiapan untuk menyatakan kebenaran.
6) Bertawakal setelah berikhtiar maksimal
Tugas utama manusia adalah bekerja, ikhtiar,
evaluasi dan berdoa berdasarkan ketetapan yang benar, sedangkan hasilnya
diserahkan pada Allah atau bertawakkal sambil meneliti ulang kekurangan dan
kelebihan dalam berikhtiar tersebut.
c. Kelebihan Akidah Islam
Beberapa kelebihan
akidah Islam dibandingkan akidah akidah yang lainya antara lain:
1) Akidah Islam terjaga keasliannya
2) Akidah Islam mengoreksi dan memperbaiki akidah
akidah yang terdahulu yang telah menyimpang
3) Akidah Islam selaras dengan fitrah manusia,
4) Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia,
sehingga tidak ditemukan pertentangan di dalamnya.
d. Tujuan Akidah Islam
Tujuan akidah Islam
adalah:
1) Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah
semata, karena Allah itu satu dan tiada sekutu bagi-Nya
2) Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari
tindakan diluar petunjuk yang menyebabkan kerusakan
3) Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak
gundah dan pikiran tidak kacau
4) Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari
penyimpangan didalam beribadah kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan
makluk
5) Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan
amal sholih
e. Hubungan antara Akidah dan akhlak
Akidah dan akhlak
adalah bagian penting dalam syariat Islam, keduanya merupakan kesatuan dan
memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan akhlak dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Akidah melahirkan Akhlak,
akidah sebagai konsepsi keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati,
melainkan juga harus diikrarkan dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan.
2) Akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah,
sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan senantiasa taat
kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang salah
satunya adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul
karimah akan menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah.
2. Iman kepada Allah
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah
meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib disembah yang
menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu dan
bandingannya. Di dalam nya meliputi keyakinan dan membenarkan dalam hati,
mengungkapkan secara lisan serta mengimplementasikannya dalam perbuatan.
b. Tauhid
Asli makna tauhid
adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu bagiNya, Secara Bahasa
tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan yang
berarti mengesakan.
Tauhid atau keesaan
Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba kepada Allah bahkan ketika
Allah mengenalkan dirinya kepada makhluk-Nya adalah mengenalkan bahwa Allah
maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam surat Al-Ikhlas
ayat 1 - 4.
Artinya: “Katakanlah
(wahai Muhammad)!: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 1, Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 2., Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan,3. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
4.
Tauhid atau
meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus untuk
menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi dari
ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid.
Al-Faruqi (1986)
menjelaskan bahwa tauhid sebagai pandangan dunia memiliki tiga prinsip yang
terkandung di dalamnya: pertama, dualitas artinya tauhid menjelaskan
bahwa realitas bersifat ganda ada Tuhan dan bukan Tuhan, maka, tauhid dalam
hal ini secara tegas memsisahkan Tuhan dan yang bukan Tuhan. Kedua,
ideasionalitas, yakni hubungan antara dua tatanan realitas bersifat
ideasional. Titik rujjuknya adalah kekuatan pemahaman. Ketiga,
teleologi yakni, hakikat alam ini bertujuan untuk melayani tujuan
pencipta-Nya sesuai dengan rencana-Nya. (Sirait, 2013: 11)
Tauhid juga merupakan
landasan dari agama agama samawi, al-Qur’an menjelaskan bahwa para nabi dan
rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, misalnya dalam Q.S. al-A’raf (7): 59
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah,
sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar
(kiamat). (Q.S. al-A’raf (7): 59
Al-Qur’an dalam
menerangkan tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara lain: Al-Qur’an
mengabarkan tentang ke Esaan Allah; al-Qur’an menyeru untuk menyembah dan
beribadah hanya kepada Allah semata; dalam al-Qur’an menerangkan Perintah
Allah (yang harus ditaati) juga larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi)
serta kewajiban taat kepada Allah yang hal ini adalah manifestasi dari nilai
tauhid; serta dijelaskan didalam al-Qur’an balasan bagi Ahli Tauhid maupun
orang yang melenceng dari tauhid.
Tujuan akhir dari
ilmu tauhid adalah makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya yang wajib dan
mensucikan darisifat-sifat yang mustahil bagi Allah serta membenarkan para
Utusan utusan Allah dengan penuh keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang
bersandar pada dalil tidak hanya sekedar taqlid.
c. Macam macam Tauhid
1) Tauhid Rububiyah
Arti kata Rabb,
merupakan bentuk infinitif (Mashdar) dari kata Rabba Yarubbu yang berarti
menata, memelihara, membimbing, juga berarti sesuatu yang tumbuh dari satu
kedaan menuju keadaan yang sempurna.
Tauhid Rububiyyah
artinya kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa Allah adalah Dzat
pencipta, pemelihara, dan penata alam yang sempurna. Keyakinan terhadap Allah
sebagai Pencipta merupakan naluri bawaan yang telah ditanamkan Allah sejak
manusia berada dalam rahim sang ibu, yang dalam al-Qur`an disebut dengan
fithrah.
Tauhid Rububiyah
adalah meng-Esakan Allah Ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini
bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penata, dan Pemelihara alam serta
segala makhluk, seperti disebutkan dalam QS. Al-Baqarah /2:21-22
Artinya: “Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu Mengetahui”.
Allah juga pemberi
rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS Hud: 6 dan meyakini bahwa
Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam seluruhnya, maha kuasa
atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27.
2) Tauhid Uluhiyah
Arti kata ilah,yang
terdiri dari tiga huruf: hamzah, lam dan ha’ dalam Mu’jam
alLughah memiliki arti antara lain:
a) Menyembah seperti dalam kata alaha–ilaahatan-uluhatan
b) Berlindung atau merasa aman dan tentram seperti
dalam kalimat alahtu ila fulanin
c) Tertutup seperti arti kata laaha yaliihu laihan
d) Rindu atau cinta seperti dalam kalimat Alaha
al-fasiil bi ummihi
e) Menghadap seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu
ila ar-Rajuli
f) Meminta pertolongan seperti dalam kalimat Alaha
ar-Rajulu ya’lahu
Tauhid uluhiyah
adalah meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah) manusia yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat, seperti dalam
sholat, do’a, nadzar, kurban, pengharapan, takut, tawakkal dan cinta.
Tauhid uluhiyah
mengandung arti bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah,
kepada Allahlah kita beribadah, memohon pertolongan dan perlindungan,
kepada-Nya kita berharap dan takut. Tauhid uluhiyah mengandung makna tiada
Tuhan yang layak dan wajib disembah selain Allah. Di antara ayat yang
menjelaskan tentang itu terdapat dalam QS. Thaha/14:
Artinya: “Sesungguhnya
Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah
Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
d. Sifat Allah
Salah satu bentuk
perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan keEsaan Allah dalam
Asma’ dan Sifat-Nya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang menyerupai Sifat
Allah dalam kesempurnaan dan kualitasnya.
Dalam menerangkan
sifat Allah dan meneguhkan ke-Esaan Allah, kalangan teolog pengikut As’ariyah
mengklasifikasikan Sifat Allah Menjadi Tiga, Pertama, sifat wajib (yang
harus ada pada Allah) ada 20 sifat; kedua, Sifat Mustahil (yang
tidak boleh ada pada Allah) yang merupakan kebalikan atau lawan dari
sifat Wajib jumlahnya juga 20 sifat dan Ketiga, sifat Jaiz (boleh)
ada satu sifat, yang kemudian digabung dengan 4 sifat wajib Rasul, 4 sifat
Mustahil rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul genap 50 sifat, sehingga sering
juga dikenal dengan “‘aqidatul Khomsuun” atau aqidah lima puluh.
Sedangkan Sifat jaiz
Allah SWT. berarti sifat kebebasan Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak 19 terikat oleh
apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi
Allah. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya satu, yaitu:
Artinya:
“Allah SWT memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala sesuatu
yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya”.
Selain dari sifat
wajib 20 menurut teologi Asy’ariyah, dalam pandangan sebagian ulama, Allah
juga memiliki sifat yang jumlahnya lebih banyak yakni 99, yang dikenal dengan
Asmaul Husna. Asmaul Husna, secara harfiyah bermakna “nama-nama yang baik
atau bagus”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar