A.
Syirik, Contoh Syirik dan
Bahaya Syirik
1.
Makna Syirik
Syirik adalah lawan kata dari tauhid,
yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat, sifat, perbuatan, dan ibadah.
Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah
seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat dan
martabat manusia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan,
secara istilahadalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
lain. Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Allah SWT
berfirman:
Artinya: ―Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. An Nisa: 48)
Diriwayatkan dalam satu hadis,
Rasulullah SAW bersabda: “Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada
kalian adalah perbuatan syirik kecil. Para shohabat bertanya: Ya Rosululloh,
apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab: “riya”. (HR. Ahmad).
Diriwayatkan dari shohabat Abdullah bin Mas‘ud ra berkata: bahwa Rasululloh SAW
bersabda: “Barangsiapa mati dalam menyembah sesembahan selain Allah
sebagai tandingannya, maka masuklah ia kedalam neraka” (HR. Bukhori).
Diriwayatkan oleh shohabat Jabir ra bahwa Rosululloh SAW bersabda: ―Barangsiapa
menemui Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti
masuk surga. Sedangkan barangsiapa menemui- Nya dalam keadaan berbuat sesuatu
kesyirikan kepada-Nya, pasti masuk neraka” (HR. Muslim).
Kandungan dari ayat dan hadits di atas
yakni:
a.
Syirik adalah perbuatan dosa
yang harus ditakuti dan dijauhi.
b.
Riya termasuk perbuatan syirik.
c.
Riya termasuk syirik ashghor
(kecil).
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam;
yaitu syirik akbar (besar): memperlakukan sesuatu selain Allah sama
dengan Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus baginya. Syirik
asghor (kecil): perbuatan yang disebutkan di dalam Al Qur‘an dan Hadis
sebagai suatu kesyirikan tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar. Adapun
perbedaan di antara keduanya: Syirik akbar menghapus semua/seluruh amal
kebajikan, sedangkan syirik ashghor hanya menghapuskan amalan yang
disertainya saja. Syirik akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka,
sedangkan syirik ashghor tidak sampai demikian. Syirik akbar menjadikan
pelakunya keluar dari Islam, sedangkan syirik ashghor tidak menyebabkan
pelakunya keluar dari Islam. Syirik ashghor ini adalah perbuatan dosa
yang paling dikhawatirkan oleh Rosululloh SAW terhadap para sahabatnya,
padahal mereka itu adalah orang-orang sholih.
Surga dan neraka merupakan makhluk
ciptaan Allah SWT benar-benar ada. Barang siapa mati dalam keadaan tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi
barang siapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk
neraka jahannam, sekalipun banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan.
2.
Macam-Macam Syirik
Jika didasarkan pada dimensi tauhid, maka
syirik dikategorikan dalam tiga hal,yakni :
a.
Syirik dalam rububiyah,
yaitu meyakini ada pencipta dan pengatur alam semesta selain Allah.
b.
Syirik dalam uluhiyah,
yaitu meyakini ada tuhan lain selain Allah yang berhak disembah
c.
Syirik dalam Asma‘ dan Sifat,
yaitu menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Berdasarkan bentuknya, syirik ada tiga
macam, yaitu: pertama, syirik dalam keyakinan (i‘tiqad) yaitu syirik
dalam keyakinan. Kedua, syirik dalam perkataan, seperti bersumpah
dengan selain nama Allah. Ketiga, syirik dalam perbuatan, melakukan
hal- hal yang mengandung kemusyrikan seperti beribadah dan menyembah kepada
selain Allah.
3.
Bahaya Syirik
Di antara kerusakan dan bahaya akibat
perbuatan syirik adalah:
a.
Syirik merendahkan
eksistensi kemanusiaan
Syirik menghinakan kemuliaan, menurunkan derajat dan
martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi.
Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi
kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan
sebagian dari makhluk Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan
menghinakan diri kepadanya.
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru
selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu
(sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan
berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah penyembahnya akan
dibangkitkan” (Al-Hajj: 20-21). “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu
dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung
atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al- Hajj: 31).
b.
Syirik adalah sarang khurafat
dan kebatilan.
Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik,
―barang dagangan, dukun, tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang
semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa
dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya
kecuali Allah.
c.
Syirik adalah kedholiman yang
paling besar yakni dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Syirik merupakan kedhaliman dan
penganiayaan terhadap diri sendiri.
d.
Syirik sumber dari segala
ketakutan dan kecemasan.
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan
mempercayai kebatilan, kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia
menyandarkan dirinya pada banyak obyek yang dianggap Tuhan. Allah berfirman: “Akan
Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan
mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah Neraka, dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim” (Ali-Imran: 151).
e.
Syirik membuat orang malas
melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Syirik mengajarkan kepada para
pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meremehkan
amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan
bahwa para perantara akan memberinya syafa‘at di sisi Allah.
f.
Syirik menyebabkan pelakunya
kekal dalam neraka.
Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia,
sedang di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Allah
berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, dan
tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun” (AlMaidah:
72).
g.
Syirik memecah belah
umat.
Allah berfirman: “Dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka” (Ar Ruum: 31-32).
4.
Contoh Perbuatan
Syirik
Contoh-contoh perbuatan syirik adalah: Bersumpah
dengan nama selain Allah, azimat, mantera, sihir termasuk perbuatan syirik,
karena perbuatan tersebut dapat menipu atau mengelabui orang-orang dengan
bantuan jin atau setan, peramalan, dukun dan tenung, bernazar kepada selain
Allah.
Dalam masyarakat masih dijumpai
seseorang bernazar kepada selain Allah. Misalnya seorang bernazar, "jika
aku sembuh dari penyakit, aku akan mengadakan sesajian ke makam wali".
Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sesat. Demikian juga riya', yakni
beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang,
dan itu adalah perbuatan syirik.
5.
Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab fundamental munculnya
perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dha‘ful iman (lemahnya iman),
dan taqlid (ikut-ikutan secara membabi buta).
a.
Al-jahlu (kebodohan)
Masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan
masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang
salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung
berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan
kecendrungan berbuat syirik semakin kuat.
b.
Dha‘ful iman (lemahnya
iman)
Seorang yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab,
rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan
dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang.
c.
Taqlid (ikut-ikutan
secara membabi buta)
Al-Qur‘an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah SWT berfirman: “Apabila
dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul, Mereka menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya, dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan
tidak (pula) mendapat petunjuk” (QS. Al-Maidah [5]: 104).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar