1.
Pengertian Perkembangan Peserta
Didik
Menurut
Piaget bahwa perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara
bertahap. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan
tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan
didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif di lingkungan
sekolah. Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif menjadi empat,
yaitu:
a.
Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) atau masa
discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada
gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja;
b.
Tahap praoperasional (2-4 tahun) atau masa
intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara
terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum
dapat berpikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih
terbatas;
c.
Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) atau
masa performing operation. Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan
tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan
membagi; dan
d.
Tahap operasonal formal (11-15 tahun) atau masa
proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir tingkat
tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis,
mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu
memecahkan berbagai masalah (Mu’min 2013).
Perkembangan
kognitif menurut Vygotsky yaitu konteks sosial dan interaksi dengan
orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran
tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu
pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang
belum pernah dipelajari di sekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya
dengan baik, misalnya di masyarakat (Anidar 2017).
Salah
satu aspek perkembangan kognitif yang sangat penting bagi proses belajar
peserta didik di sekolah yaitu keterampilan kognitif, yakni suatu kemampuan
menata dan menggunakan pikiran dalam mengolah informasi, baik dalam belajar
maupun tidak
2.
Karakteristik Kemampuan Proses
dan Keterampilan Kognitif Peserta Didik
Beberapa konsep tentang
kemampuan kognitif anak yang terkait perkembangan proses kognitifnya, yaitu :
a.
Persepsi
Istilah persepsi berasal dari
kata ‘perception’, yang berarti tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya
(KBBI Daring). Dari pengertian itu, dapat dipahami bahwa persepsi adalah
suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan
mengintrepetasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera
manusia.
Walgito (2010)
menyatakan bahwa persepsi terjadi melalui tahap-tahap berikut: tahap
pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau
proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera
manusia; tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses
fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh
reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris; tahap ketiga,
merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses
timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor; dan tahap
keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan
pendapat di atas, proses persepsi diperoleh melalui tiga tahap, yaitu: pertama,
tahap penerimaan stimulus, Kedua, tahap pengolahan stimulus social, Ketiga,
tahap perubahan stimulus.
b.
Memori (Ingatan)
Memori adalah sistem kognitif
manusia yang mempunyai fungsi menyimpan informasi atau pengetahuan.
Gluck dan Myers
mendefinisikan memori sebagai: “the persistence of learning over time via
storage and retrieval of information” (Gluck and Chatherine E. Myers
2001). Sedangkan Santrock mendefinisikan memori sebagai retensi
(ingatan) informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding
(pengkodean), storage (penyimpanan), dan retrieval (pengambilan
kembali) (Santrock 2009).
Tipe memori dibagi menjadi
tiga, yakni, pertama, memori sensoris (pencatat indrawi). Kedua,
memori jangka pendek. Memori jangka pendek, Ketiga, memori jangka
panjang.
c.
Atensi (Perhatian)
Atensi merupakan sebuah konsep
multi-dimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan
cara-cara merespons dalam sistem kognitif. Atensi pada anak telah berkembang
sejak masa bayi. Aspek-aspek atensi yang berkembang selama masa bayi ini
memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah. Aspek-aspek
atensi meliputi:
1)
Reseptor adjustment, penyesuaian alat indra
terhadap objek yang menjadi perhatianya
2)
Postural adjustment, penyesuaian sikap tubuh
terhadap objek yang menjadi perhatiannya adalah yang menarik perhatianya.
3)
Muscle tention, adanya tegangan otot, dalam
hal ini berhubungan dengan adanya perhatian, disitulah adanya pemusatan
energi
4)
Central nervous adjustment, penyesuaian saraf pusat dalam
melakukan perhatian. Hal ini dikarenakan dalam setiap penyesuaian, mekanisme
saraf pusat yang mengaturnya.
5)
Increases clearness, semakin jelas objek yang
menjadi perhatian, akan semakin menarik perhatian individu.
Faktor yang mempengaruhi Atensi
ada dua yaitu :
1)
faktor internal berupa Motives / needs,
preparatory set (kesiapan untuk berespon), interest (menaruh perhatian pada
yang diminati)
2)
faktor eksternal berupa intensitas dan
ukuran, contrast dan novelty, repentition (pengulangan), movement (gerakan) .
3.
Komponen Keterampilan Kognitif
Peserta Didik
Terdapat beragam kecenderungan
kemampuan keterampilan kognitif peserta didik, yakni metakognitif, strategi
kognitif, gaya kognitif, dan pemikiran kritis.
a.
Metakognitif, yaitu pengetahuan dan
kesadaran tentang proses kognisi atau pengetahuan tentang pikiran dan cara
kerja. Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin tahu karena
individu menggunakan proses kognitif untuk merenungkan proses kognitifnya
sendiri.
b.
Strategi Kognitif, merupakan salah satu
kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai oleh seseorang peserta didik
dalam belajar atau memecahkan masalah. Strategi kognitif merupakan kemampuan
tertinggi dari domain kognitif, setelah analisis, sintesis, dan evaluasi.
c.
Gaya Kognitif, adalah karakteristik individu
dalam penggunaan fungsi kognitif (berfikir, mengingat, memecahkan masalah,
membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses informasi, dan seterusnya)
yang bersifat konsisten dan berlangsung lama.
d.
Pemikiran Kritis, merupakan kemapuan untuk
berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam
menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.
Menurut Beyer (dalam Nur
dan Wikandari 2000) setidaknya terdapat 10 kecakapan berpikir kritis yang
dapat digunakan peserta didik dalam mengajukan argumentasi atau membuat
pertimbangan yang absah (valid), yaitu:
a.
Keterampilan membedakan fakta-fakta yang dapat
diverifikasi dan tuntutan nilai-nilai yang sulit diverifikasi (diuji
kebenarannya).
b.
Membedakan antara informasi, tuntunan atau alasan
yang relevan dengan yang tidak relevan.
c.
Menentukan kecermatan factual (kebenaran) dari
suatu pernyataan.
d.
Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari
suatu sumber.
e.
Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang
mendua.
f.
Mengidentifikasi asusmsi yang tidak dinyatakan.
g.
Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
h.
Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
i.
Mengenali ketidakkonsistenan logika dalam suatu
alur penalaran.
j.
Menentukan kekuatan suatu argumen atau tuntutan.
4.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Kognitif Peserta Didik
a.
Faktor hereditas
Semenjak dalam kandungan, anak
telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara
potensial, anak telah membawa kemungkinan kecenderungan intelektualnya pada
taraf tertentu. Namun potensi ini tidak bisa berkembang tanpa adanya peran
lingkungan. Misalnya anak tersebut terlahir dari keluarga yang otaknya cerdas
namun anak ini tidak mendapatkan stimulasi atau pendidikan maka kecerdasannya
itu tidak akan nampak.
b.
Faktor lingkungan
Terdapat dua faktor lingkungan
yang sangat besar peranannya yakni keluarga dan sekolah.
Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka semakin berkembang pula kognitif
dari peserta didik tersebut.
Selain dua faktor di atas,
faktor lain yang mempengaruhi adalah 1) faktor kematangan tiap organ
(fisik maupun psikis), yaitu kesanggupan tiap organ menjalankan fungsinya
masing-masing dapat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif; 2) faktor
keterbukaan, yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi; 3) faktor minat dan bakat, yang
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik lagi; dan 4) faktor kebebasan, yaitu
keleluasaan individu untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa
manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahakan
masalah-masalah (Hijriati 2016, 45).
5.
Implikasi Perkembangan Kognitif
Peserta Didik dalam Pembelajaran
Prinsip
pemakaian metodologi pendidikan agama Islam dibagi menjadi: pengenalan
yang utuh terhadap peserta didik: umur, kepribadian, dan tingkat
kemampuan mereka;. berstandar
kepada tujuan, oleh karena metode diaplikasikan untuk mencapai tujuan; menegakkan
uswah hasanah (contoh tauladan yang baik) terhadap peserta didik (Arif
2002).
Dalam
pendidikan Islam, prinsip penggunaan metode al-tadarruj fi al-talqien
sebagaimana dinyatakan oleh al-Gazali “berilah pelajaran kepada anak didik
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka”. Atas dasar pemikiran bahwa anak
didik memiliki tingkatan-tingkatan kematangan dalam berfikir, maka setiap pendidik
seyogyanya mempertimbangkan metode mana yang tepat diaplikasikan sesuai
dengan tingkat berfikir anak didik (Arif 2002).
Beberapa
strategi yang dapat digunakan guru dalam membantu peserta didik mengembangkan
proses-proses kognitifnya antara lain:
a.
Ajak peserta didik memfokuskan perhatian dan
meminimalkan gangguan.
b.
Bantu peserta didik untuk membuat isyarat atau
petunjuk sendiri atau memahami satu kalimat yang perlu mereka perhatikan.
c.
Gunakan media dan teknologi secara efektif sebagai
bagian dari pembelajaran di kelas.
d.
Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang,
model tempat duduk, atau berpindah setting ruangan.
e.
Hindari perilaku yang membingungkan dan dorong
peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran secara lebih mendalam,
bukan mengingat sepintas lalu.
f.
Bantu peserta didik menata informasi yang akan
dimasukkan ke dalam memori, serta memahami dan mengombinasikan informasi
tersebut.
g.
Latih peserta didik menggunakan strategi mnemonic.
Sedangkan
upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan kognisi peserta
didik antara lain:
a.
Guru harus mengajar dan menganjurkan kepada
peserta didik untuk menggunakan strategi belajar yang sesuai dengan kelompok
usia mereka.
b.
Memberikan pelatihan tentang strategi belajar,
kapan, dan bagaimana menggunakan strategi untuk mempelajari tugas-tugas baru
dan sulit.
c.
Menunjukkan strategi belajar dan mendorong peserta
didik untuk menggunakan strateginya sendiri
d.
Mengidentifikasi situasi-situasi terkait
kemungkinan suatu strategi dapat digunakan dalam belajar
e.
Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
belajar sendiri dengan sedikit atau tanpa bantuan dari guru
f.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi
belajarnya sendiri dan menolong dirinya sendiri mengembangkan mekanisme
belajar yang efektif
g.
Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk mengakses hasil belajarnya sendiri, sehingga mereka bisa
mengetahui apa yang telah dikerjakannya dan apa yang belum diketahuinya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar