1.
Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur‘an
Kisah
Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi,
Menurut M. Quraish Shihab surah ini ― al-Kahf yang berarti ―Gua.
Surah ini juga dinamakan dengan Ashhâbul Kahfi artinya ―Penghuni-penghuni
Gua, diambil dari kisah surah ini pada ayat 9 sampai 26.
Kisah
Ashabul Kahfi menjelaskan sekelompok pemuda menyingkir dari gangguan penguasa
zamannya, lalu tertidur di dalam gua selama tiga ratus tahun lebih. Nama
tersebut dikenal sejak masa Rasul saw, bahkan beliau sendiri menamai
demikian. Beliau bersabda, ―Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surah
al-Kahfi maka dia terpelihara dari fitnah ad-Dajjal” (HR Muslim dan Abu Daud
melalui Abu ad-Darda‘)
2.
Biografi Ashabul Kahfi
Ashabul
Kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah Swt,
yang menyelamatkan iman dan tauhid mereka dengan cara melarikan diri dari
kekejaman raja Dikyanus yang memaksa untuk menyembah berhala di lingkungan
istananya. Lalu para pemuda tersebut tertidur lelap dalam gua selama 309
tahun.
Banyak
yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania perkampungan Al-Rajab atau
dalam Al-Quran di sebut Al- Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A‘landa
dekat kota Amman- Yordania. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah
meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid dan ma‘had yang
diberi nama ―Masjid Ashabul Kahfi. Nama nama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksalmina,
Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika
adapun anjingnya bernama Qithmir. Allah berfirman dalam surah al-Kahfi
[18]: 13- 14:
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ
إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى ١٣ وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ إِذۡ
قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَن نَّدۡعُوَاْ
مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهٗاۖ لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذٗا شَطَطًا ١٤
Artinya:
“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka,
dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka (13) Dan Kami teguhkan hati mereka
ketika mereka berdiri lalu mereka
berkata, ―Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan
selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah
me-ngucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran”
3.
Ashabul Kahfi dan Raja Dikyanus
Dikyanus adalah penyembah berhala yang
sangat fanatik. Ia menyebar mata- mata ke seluruh negeri Syam untuk
mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika mereka ditemukan
maka akan diseret ke hadapan Dikyanus kemudian di seret ke alun-alun untuk
dipenggal.
Ashabul
Kahfi adalah
tujuh pemuda yang melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus yang memaksa
untuk menyembah berhala. Suatu ketika mereka terlibat dalam pembicaraan yang
serius mengenai peristiwa yang menimpa negerinya, hingga akhirnya mereka
memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari
Tuhan.
Dalam
pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Mereka tidak
henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah SWT. Allah SWT menjadikan
gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang mendekati gua ini, akan
terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor
anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun dengan izin Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. al-Kahfi [18]: 25:
Artinya:
“Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun”.
300
tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya ialah orang
yang amat kejam, hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan. Negeri Syam
kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa as yang memerintahkan rakyatnya
agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan berhala. Dia juga berlaku adil
dan sangat bijaksana. Negeri Syam kini menjadi negeri yang makmur dan
rakyatnya terhindar dari kemiskinan
4.
Kisah Ashabul Kahfi dalam Tafsir Al-Misbah
Pengarang
tafsir al-Muntakhab (sekelompok ulama dan pakar Mesir) berusaha
mengungkap tempat dan waktunya melalui isyarat- isyarat al-Qur‘an. Mereka
menyatakan bahwa Ashhâb al-Kahf adalah sekelompok pemuda yang beriman
kepada Allah Swt. yang tengah mengalami penindasan agama sehingga mereka
mengasingkan diri ke dalam gua yang tersembunyi.
Sementara
itu, sejarah kuno mencatat adanya beberapa masa penindasan agama di kawasan
Timur kuno yang terjadi dalam kurun waktu yang berbeda. Dari beberapa
peristiwa penindasan agama itu hanya ada dua masa yang mereka anggap penting,
yakni :
a.
Peristiwa pertama, terjadi pada masa kekuasaan
raja-raja Saluqi saat kerajaan itu diperintah oleh Raja Antiogos IV yang
bergelar Nabivanes (tahun 176-84 SM). Pada saat penaklukan singgasana Suriah,
Antiogos yang juga dikenal sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban
Yunani Kuno mewajibkan kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang
telah masuk dalam wilayah kekuasaan Suriah sejak 198 SM, untuk meninggalkan
agama Yahudi dan menganut agama Yunani Kuno. Antiogos membakar habis naskah
Taurat tanpa ada yang tersisa.
Berdasarkan
bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa pemuda-pemuda itu adalah penganut
agama Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina, atau tepatnya di kota
Yerusalem. Dapat diperkirakan pula bahwa peristiwa bangunnya mereka dari
tidur panjang itu terjadi pada 126 M. setelah Romawi menguasai wilayah Timur,
atau 445 tahun sebelum masa kelahiran Rasulullah Saw. tahun 571 M
b.
Peristiwa kedua terjadi pada zaman imperium Romawi saat Kaisar
Hadrianus berkuasa (tahun 117-138 M) Kaisar itu memperlakukan orang- orang
Yahudi sama persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh Antiogos. Pada 132
M., para pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh rakyat Yahudi
akan berontak melawan kekaisaran Romawi. Mereka memukul mundur
garnisun-garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerusalem. Selama
tiga tahun penuh mereka dapat bertahan.
Terakhir, Hadrianus bergerak bersama
pasukannya menumpas pemberontakpemberontak Yahudi. Palestina jatuh dan
Yerusalem dapat direbut kembali. Etnis Yahudi pun dibasmi dan para pemimpin
mereka dibunuh, yang masih hidup dijual di pasar-pasar sebagai budak,
simbol-simbol agama Yahudi dihancurkan, ajaran dan hukum Yahudi dihapus.
Kesimpulannya,
bahwa para pemuda itu adalah penganut ajaran Yahudi. Tempat tinggal mereka
bisa jadi berada di kawasan Timur Kuno atau di Yerusalem sendiri, mereka
diperkirakan bangun dari tidur panjang itu kurang lebih pada 435 M. 30 tahun
menjelang kelahiran Rasulullah saw. Tampaknya, peristiwa pertama lebih
mempunyai kaitan dengan kisah Ashhâb al-Kahf karena penindasan mereka
lebih sadis.
Thabathaba‘i menyebut lima tempat di mana
terdapat gua yang diduga orang sebagai Gua Ashhâb al-Kahf, yakni : Pertama
di Episus atau Epsus, satu kota tua di Turki sekitar 73 km dari kota Izmir
dan berapa di suatu gunung di desa Ayasuluk. Gua ini berukuran sekitar satu
kilometre. Kedua, gua di Qasium dekat kota ash- Shalihiyyah di
Damaskus. Ketiga, Gua al-Batra‘ di Palestina. Keempat,
gua yang katanya ditemukan di salah satu wilayah di Skandinavia. Konon,
disana ditemukantujuh mayat manusia yang tidak rusak bercirikan orang- orang
Romawi dan diduga merekalah Ashhâb al-Kahf. Kelima, Gua Rajib,
yang berlokasi sekitar delapan kilometer dari kota Amman ibu kota dari
kerjaan Jordania, di satu desa bernama Rajib.
Gua
ini ditemukan pada 1963. Peneliti dan pakar purbakala, Rafîq Wafa adDâjâni,
menulis hasil penelitiannya dalam sebuah buku yang ia namai “Iktisya fi
Kahf Ashhâb al-Kahf /Penemuan Gua Ashhâb al-Kahf” yang terbit pada 1964, di mana ia
menguraikan jerih payah yang dideritanya dalam rangka penelitian itu serta
ciri-ciri gua tersebut dan peninggalan- peninggalan yang ditemukan di sana.
Semua itu mengantar kepada keyakinan bahwa gua itulah Gua Ashhâb al-Kahf yang
disebut dalam al-Qur‘an. Gua itulah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebut
dalam al-Qur‘an, bukan yang terdapat di Epsus, atau Skandinavia, atau
tempat-tempat lain.
Penindasan
yang dilakukan oleh penguasa zaman pemuda-pemuda itu diperkirakan terjadi
pada masa Tarajan (98-117 M), dan penguasa yang memerintah pada saat
pemuda-pemuda itu bangun dari tidurnya adalah Theodosius (408-450 M)
yang disepakati oleh pakar-pakar sejarah, baik muslim maupun Kristen, sebagai
raja yang bijaksana.
Penulis
menggarisbawahi tahun dan tempat serta nama-nama penghuni gua tidak sepenting
mengetahui serta menarik pelajaran dari peristiwa ini. Yang pasti, peristiwa
tersebut pernah terjadi, dan dari peristiwa itu kita harus mengambil
pelajaran berharga, antara lain tentang betapa kuasa Allah menghidupkan yang
telah mati. Kita hendaknya berhenti pada uraian al-Qur‘an karena kitab suci
ini yang merupakan sumber keyakinan.
5.
Hikmah dan Keteladanan kisah Ashabul Kahfi
Dari
kisah ini dapat diambil hikmah dan keteladanan sebagai berikut:
a.
Menyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa atas
segala-galanya,
b.
Beriman kepada Allah Swt dan mempertahankan
keimanannya walaupun dalam ancaman penguasa yang zalim
c.
Bertawakal dan berdoa kepada Allah Swt untuk minta
perlindungan dari ancaman orang-orang yang berbuat zalim
d.
Allah Swt akan memberikan perlindungan bagi
orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada-Nya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar