A.
Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi
Ayyub a.s dalam Al-Qur’an
Nama
Nabi Yunus a.s disebutkan di dalam Al-Qur‘an sebanyak 4 kali, dan disebutkan
dengan nama gelarnya 2 kali. Lihat pada Q.S An-Nisâ‘ [4]: 163, Q.S
Al-An‘am [6]: 86, Q.S Yunus [10]: 98, Q.S An-Nisâ‘ [21]: 87-88, Q.S
Ash-Shaffât [36]: 139-148, dan Q.S Al-Qalam [68]: 48-50.
Sedangkan
Nabi Ayyub a.s diceritakan dalam Q.S An-Nisâ [4]: 163, Q.S. Al-An‘am [6]:
84, Q.S. AlAnbiya‘ [21]: 87-88, dan Q.S. Shâd [38]: 41-44.1
B.
Biografi Nabi Yunus a.s dan
Nabi Ayyub a.s
Nama
lengkap Nabi Yunus adalah Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya‘qub
bin Ishaq bin Ibrahim. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah
menjelaskan bahwa Yunus Ibn Matta lahir di Gats Aifar, Palestina.
Konon,
Nabi Yunus a.s setelah sekian lama mengajak kaumnya ke jalan kebenaran tetapi
mereka terus membangkang. Akhirnya meninggalkan mereka sambil mengancam
jatuhnya siksaan Allah setelah empat puluh hari. Namun, beberapa sebelum
berakhirnya masa itu, mereka melihat tanda-tandanya. Masyarakatnya menolak
ajakannya sehingga beliau menuju ke Yafa, satu pelabuhan di Palestina, dan
melaut menuju tempat yang dinamai Tasyisy, satu kota di sebelah barat
Palestina, lalu beliau diturunkan ke tengah laut sehingga ditelan oleh ikan
besar.
Muhammad
Basam Rusydi Az-Zain
menceritakan biografi Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s didasarkan yang
dikisahkan oleh Al-Qur‘an sebagai berikut: Di dalam hadis, Nabi Yunus a.s
disebutkan nama dan nasab (garis keturunan) melalui sabda Rasulullah Saw.,
Tidak dibenarkan seorang hamba mengatakan: Aku lebih baik daripada Yunus bin
Matta‘. Al-Qur‘an mengenalkan Yunus a.s dengan dua gelar:
Pertama, Sahib al-Hut
“Maka
bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah
engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa
dengan hati sedih.”
(QS Al-Qalam [68]: 48).
Kedua, Dzun
Nun,
“Dan
(ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu
dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam
keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau.
Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim” (Q.S. Al-Anbiya ‘[21]: 87).4
Nabi
Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s adalah
seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, hartanya melimpah
ruah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Dia hidup makmur dan sejahtera.
Walau demikian dia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang
dikaruniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. Dia gemar
berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan
fakir miskin.
Makna
dari kata Nabi Ayyub a.s adalah Syadid al- Ub yang berarti banyak bertasbih
kepada Allah Swt sebagaimana panggilan Allah Swt pada gunung-gunung …Ya
Jibalu Awwibi Ma‘ahu… (Wahai gunung-gunung dan burung burung!
Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud…,) (Q.S. Saba‘ [34]: 10). Nabi
Ayyub a.s termasuk sebaik-baik hamba, firman-Nya ―…Sesungguhnya Kami
dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia
sangat taat (kepada Allah). (Q.S. Sad [38]: 44.
C.
Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi
Ayyub a.s serta umatnya
1.
Kisah Nabi Yunus a.s
Muhammad
Basam Rusydi Az-Zain
dalam bukunya Madrasatul Anbiya‟: Ibar wal Adhwa‟ melukiskan kisah
Nabi Yunus a.s berikut ini:
Allah
Swt. mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa yang terletak di bumi
Irak. Disebutkan di dalam Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi) bahwa Rasulullah
di hari ketika beliau hijrah ke Thaif dan diusir oleh penduduknya. Beliau
berteduh di bawah sebuah pohon milik dua orang anak Rabi‘ah. Keduanya pun
mengirim Rasul sepiring anggur, melalui pekerja mereka berdua yang bernama
Udas‘. Terjadilah percakapan antara Rasulullah Saw. dengan Udas, kamu berasal
dari negeri mana? Tanya Rasul. ―Dari Nainawa jawab Udas. Rasulullah Saw.
bertanya kembali, ―Dari negeri seorang laki-laki shaleh yang bernama Yunus
bin Matta? Udas menjawab, ―Apakah engkau mengetahui tentang Yunus bin Matta?
Rasul menjawab, ―Ia adalah seorang Nabi, dan aku pun seorang Nabi. Akhirnya
Udas pun masuk Islam.
Nabi
Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa. Mengajak mereka untuk
beribadah kepada Allah Swt. dengan hikmah serta nasihat yang baik. Namun
mereka mendustainya, memberontak, dan tetap bersikeras kepada kekafiran
mereka. Beliau mengingatkan mereka akan neraka yang menyala-nyala, serta
mengancam mereka dengan azab jika mereka tetap tidak mau beriman, lalu beliau
pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah.
Setelah
Nabi Yunus a.s. meninggalkan Nainawa dalam keadaan marah, Allah Swt.
membersitkan di dalam hati kaumnya untuk kembali dan bertobat kepada Allah
Swt. Mereka pun menyesali perbuatannya. Dengan rahmat-Nya Allah Swt. pun menghilangkan
azab tersebut dari mereka, dan memberikan mereka kenikmatan sampai pada batas
waktu tertentu. Allah Swt. Berfirman:
“Maka
mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu)
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang meng-hinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (Q.S. Yunus [10]: 98).
Nabi
Yunus a.s. tidak mengetahui jika kaumnya telah taat dan tunduk kepada Allah
Swt., serta rahmat dan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Nabi Yunus a.s
tetap melanjutkan perjalanannya, menumpang di salah satu kapal, firman Allah
Swt.
“Dan
sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul (139), (ingatlah)
ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan” (140) (Q.S. As-Saffat [37]: 139-
140).
Saat
beliau berada di tengah-tengah para penumpang, tiba-tiba ombak lautan
mengganas. Kapal pun menjadi oleng dan terombang ambing dengan penumpang di
dalamnya. Muatan kapal pun menjadi semakin berat. Para penumpang telah
sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan melempar sebagian penumpangnya
ke dalam air demi keselamatan penumpang lainnya. Lalu diundilah nama-nama
yang akan dilemparkan ke laut, keluarlah nama lelaki shaleh ini, Nabi Yunus
a.s. Ia sama sekali tidak merasa ragu dengan hasil undian, dengan cepat dia
melepaskan pakaian, dan menceburkan tubuhnya ke dasar laut. Allah Swt.
mengirimkan seekor ikan Paus yang menelan beliau tanpa memakan. Allah Swt. mewahyukan
kepada ikan Paus untuk tidak memakan dan tidak meremukan tulang tulang Nabi
Yunus a.s.
“Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam
keadaan tercela. (Q.S. As-Saffat [37]: 142). Ikan Paus ini berkeliling
menjelajahi dasar lautan dengan Nabi Yunus a.s di dalam perutnya.
Nabi
Yunus a.s pun mendengar ikan Paus bertasbih dan memuji Ar- Rahman (Yang
Mahapengasih). Dia juga mendengar tasbih batu-batu karang untuk sang Pencipta
bumi, serta mendengar tetesan air yang mengagungkan Sang Pencipta Langit.
Allah berfiman,
Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepa-da Allah. Dan
tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu
tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.» (Q.S. Al-Isra‘: [17]: 44).
Nabi
Yunus a.s menetap di dalam perut ikan beberapa hari lamanya, Dia pun menyeru
dalam kegelapan laut dan kedalaman dasarnya, mengakui bahwa dia telah
menzalimi dirinya sendiri. Dia pun meminta Allah Swt. untuk menyelamatkannya
dari kesusahan yang dideritanya,
“Dan
(ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu
dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia ber-doa dalam
keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau.
Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Anbiya‘ [21]: 87)
Allah
Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk memuntahkan apa yang ada di dalam
perutnya ke daratan tandus,
“Kemudian
Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.” (Q.S. As-Saffat [37]: 145).
2.
Kisah Nabi Ayyub a.s.
Muhammad
Basam Rusydi Az-Zain
dalam bukunya Madrasatul Anbiya‟: Ibar wal Adhwa melukiskan kisah Nabi
Ayyub a.s berikut ini: Nabi Ayyub a.s. adalah sosok laki-laki yang banyak harta.
Beliau memiliki banyak hewan ternak, menguasai tanah yang luas serta
anak-anak dan keluarga yang besar. Dalam waktu singkat hartanya menjadi
ludes, anak-anaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Semua itu terjadi
ketika Allah Swt. memberikan penyakit kepada anak-anaknya hingga mereka pun
meninggal satu demi satu dan mengirimkan hama pada ladang dan tanamannya
hingga rusak semua.
Sedangkan
Nabi Ayyub a.s. setiap kali datang musibah, beliau tidak henti-hentinya
bertasbih, bertahmid dan bersabar atas cobaan yang menimpanya. Cobaan Nabi
Ayyub a.s tidak berhenti sampai disitu, Allah Swt. pun mendatangkan penyakit
ke atas tubuhnya, hingga tubuhnya menjadi lemah. Istrinya datang ke
rumah-rumah kaumnya untuk bekerja dan gajinya dia gunakan untuk memenuhi
kebutuhan suami dan dirinya sendiri. Dia sadar dan menerima keadaan suaminya
yang dahulu kaya sekarang miskin, yang dahulu sehat sekarang sakit, yang
dahulu kuat sekarang terbaring lemah.
Suatu
hari dia berkata kepada suaminya, ―Wahai Nabi Ayyub a.s. andai engkau berdoa
kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan bebanmu. Nabi Ayyub a.s.
menjawab, ―Aku hidup sehat dan bahagia selama 70 tahun lamanya, apakah
sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya selama 70 tahun? Keadaan
semakin lama semakin sulit bagi istri Nabi Ayyub a.s. Orang-orang tidak mau
menerimanya bekerja lagi dengan mereka, mereka beranggapan dia akan
menularkan penyakit yang ada pada suaminya ke dalam rumah mereka.
Karena
tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sang istri pun menggunting habis
rambutnya, dan menjual rambut tersebut dengan beberapa potong makanan. Namun
dia terlambat dari waktu yang dia biasanya memberikan obat untuk sang suami,
sang suami pun marah dan berjanji akan memukulnya. Sang istri pulang, dengan
membawa beberapa potong makanan, dia bertanya kepadanya, ―Dari mana engkau
mendapatkan semua ini? Sang istri pun membuka penutup kepalanya. Hati Nabi
Ayyub a.s. pun tersentuh melihat pengorbanan dan kesetiaan sang istri. Nabi
Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya dia dibebaskan dari bala`Nya
ini.
“Dan
(ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku),
sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang
dari semua yang penyayang.”
(Q.S. Al-Anbiyâ [21]:83). Allah Swt. mendengarkan doa Nabi Ayyub a.s. dan
mengabulkan doanya. Bala‘ dan penyakitnya pun diangkat darinya
Walaupun
begitu Allah Swt. tetap memerintahkan untuk mengambil berobat hingga sakitnya
menjadi sembuh, firman-Nya,
(Allah
berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk
minum.” (Q.S
Sad [38]: 42).
Allah
Swt. mengajarinya bahwa Dia meletakkan rahasia kesembuhan dari penyakitnya
adalah dengan menghentakkan kakinya, yakni berolah raga badan, dan mandi
dengan air mata yang sejuk dan meminum darinya. Nabi Ayyub a.s. pun
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan-Nya, dengan izin Allah Swt.
sakitnyapun menjadi sembuh dan ia kembali seperti sedia kala. Untuk
menunaikan sumpahnya kepada istrinya yang tulus, maka Allah Swt. telah
mengajarkan Nabi Ayyub a.s., untuk memebebaskannya dari sumpahnya dengan
memukulnya tanpa rasa menyakiti. Dengan mengumpulkan seikat rumput yang
lembut, lalu memukulkannya kepadanya layaknya pukulan kekasih untuk kekasihnya,
“Dan
ambillahn seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan
janganlah engkau melanggar sumpah…”
(Q.S Sad [38]: 44).
Allah
Swt. pun menggantikan untuk beliau keluarga yang lebih baik dari keluarganya
yang telah meninggal dahulu, dan melipatgandakan hartanya.
Artinya:
―Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami
lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang berpikiran sehat”. (Q.S Sad [38]: 43)
D.
Hikmah dan Keteladanan Kisah
Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
1.
Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam
berdakwah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada manusia. (Kisah Nabi Yunus
a.s)
2.
Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada
Allah Swt ketika melakukan dosa. (Kisah Nabi Yunus a.s)
3.
Bersikap Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah
dari Allah Swt. (Kisah Nabi Ayyub a.s)
4.
Tetap istikamah taat kepada Allah Swt walaupun
dalam kondisi sakit atau mendapatkan ujian (musibah). (Kisah Nabi Ayyub a.s).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar