RESUME ILMU TASAWUF 4 (Tarekat dalam Tasawuf)

 

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

 

A.  Judul Modul           : ILMU TASAWUF

B.  Kegiatan Belajar : Tarekat dalam Tasawuf (KB 4)

C.  Refleksi

NO

BUTIR REFLEKSI

RESPON/JAWABAN

1

Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi

A.    Tarekat dalam Tasawuf

Wawan Hernawan mengutip Louis Makluf, istilah tarekat berasal dari Bahasa Arab, ― thariqat jamaknya ― taraiq secara harfiyah berarti ― jalan atau ― metode. Ahmad Khoirul Fata mengutip Jean Louis Michon, tarekat secara istilah berarti: (1) Pengembaraan mistik pada umumnya, yaitu gabungan seluruh ajaran dan aturan praktis yang diambil dari al-Qur‘an, sunnah Nabi Saw, dan pengalaman guru spiritual; dan (2). persaudaraan sufi yang biasanya dinamai sesuai dengan nama pendirinya.

Agus Riyadi mengutip Abd al-Wahhabal-Sya‘raniy menjelaskan bahwa tarekat yang pada awalnya hanyalah dimaksudkan sebagai metode, cara, dan jalan yang ditempuh seorang sufi menuju pencapaian spiritual tertinggi, pensucian diri atau jiwa, yaitu dalam bentuk intensifikasi dzikrullah, berkembang secara sosiologis menjadi sebuah institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan keanggotaan yang sangat kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya berupa interaksi guru-murid, interaksi antar murid atau anggota tarekat, dan norma atau kaidah kehidupan religius yang melandasi pola persahabatan di antara mereka. Secara manajerial, tarekat adalah suatu organisasi dengan pola dinamika dan otoritas yang top-down, yang sangat tergantung pada kepemimpinan mursyid tarekat.

 

B.    Aliran Tarekat dalam Tasawuf

Di Indonesia, wadah tarekat mu’tabarah (yang diakui kebenarannya) dinaungi oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam organisasi Ahl al-Tariqah al- Mu’tabarah anNahdliyah yang berdiri secara resmi pada bulan Rajab 1399 H.

Organisasi ini mengakui 43 aliran tarekat yang mu’tabarah menurut NU dan boleh diikuti, yaitu: tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah-Naqsyabandiyah, Syadziliyyah, Khalidiyah wa Naqsyabandiyah, dan lain sebagainya.

 

1.    Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah

Tarekat Naqsyabandiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Khwajah Baha‘alDîn Muhammad Naqsyaband (717-791 H/1317- 1389 M). Pada abad ke-10 H/16 M, tarekat ini menyebar ke India dan tahap baru aktivitas spiritual dimulai di bawah kepemimpinan Syaikh Ahmad Sirhindî (972-1033 H/1605-1624 M).

Sepanjang sejarah, tarekat Naqsyabandiyah memiliki dua karakteristik, yaitu: (1) ketaatan yang ketat dan kuat pada hukum Islam (syariat) dan sunnah nabi, dan (2) upaya tekun untuk mempengaruhi kehidupan dan pemikiran penguasa (pemerintah) serta mendekatkan negara pada agama Islam. Ciri khas yang lain dari para syaikh Naqsyabandi adalah kesadaran akan misi bahwa mereka ditakdirkan untuk memainkan peran dalam sejarah.

Ciri khas tarekat Naqsyabandiyah yang lain adalah berpegang teguh pada aqidah ahl al-sunnah, meninggalkan rukhsah (dispensasi), memilih hukum-hukum azîmah (hukum yang baku), murâqabah (merasa selalu diawasi Allah), selalu berhadapan Allah, berpaling dari kemegahan dunia, berzikir khafi, dan lain sebagainya. NaqsyabandiyahKhalidiyah didirikan oleh Mawlana Khâlid al-Baghdâdi (w. 1827 M).

Ciri khas tarekat Khalidiyah adalah terpusat, disiplin dan konsep rabitah (pertautan dengan syaikh) sebelum menjalankan zikir.

Ahmad Khoirul Fata mengutip Rabbani mengenai silsilah Naqshabandiyah. Dinamai dengan nama Bahau al-Din Naqshaband. Dia adalah khalifah Amir Syed Kalal, khalifah Muhammad Samasi, khalifah Ali Ramatani, khalifah Mahmud Abu Khayr Faghnavi, khalifah Arif Regviri, khalifah Abd al-Khaliq Ghayidwani, khalifah Yusuf Hamdani, khalifah Ali farmadi, khalifah Abu al-Qasim Gorgani, yang berjaring ke atas dengan Junayd al-Baghdadi dengan 3 jaringan di antaranya. Abu al- Qasim juga berjaringan ke atas dengan Abu Bakar melalui Abu al-Hasan Khargani, Abu Yazid alBistami, dan Ja‘far Shiddiq.

 

2.    Tarekat Syadzaliyah

Menurut Martin, tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu al-Hasan al-Syadzili, sufi Afrika Utara, wafat pada tahun 1258. Tarekat Syadzaliyyah merupakan tarekat yang silsilahnya sampai kepada Hasan anak Ali bin Abi Thalib, melalui Ali bin Abi Thalib sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

Sri Mulyati dkk, menyimpulkan tujuh pokok-pokok pemikiran dalam tarekat al Syadziliyah, yaitu: (1) tidak menganjurkan muridnya meninggalkan profesi dunia, (2) tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam, (3) zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan, (4) tidak ada larangan menjadi orang kaya, (5) berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat, (6) tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah, dan (7) ma‘rifah adalah salah satu tujuan ahli tarekat (tasawuf).

 

3.    Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN)

Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi Qaddasallahu Sirrahu (QS). Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.13 Syeikh Abdul Qadir al-Jailani atau disebut al-Jilli, seorang alim dan Zahid, dianggap qutubul aqtab, ahli fikih mazhab Hanbali, kemudian beralih pada ilmu tarekat.

Ahmad Khoirul Fata mengutip Rabbani memberi penjelasan mengenai silsilah Qadiriyah. Nama ini merujuk pada Abdul al-Qadir al-Jailani, ia adalah khalifah dari Abu Said Makhzumi, khalifah dari Abu al-Hasan Ali al- Qarshi, khalifah dari Abu al-Farah al-Tartusi, khalifah dari Junayd al- Baghdadi bersambung terus sampai Imam Ali. AlJailani meminta jubah kekhalifahan melalui jaringan keturunan Imam Hasan bin Abi Thalib dengan 11 jaringan di antaranya.

TQN Merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). TQN didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802- 1872) yang dikenal dengan penulis Kitab Fath al-‘Arifin. Sambas adalah nama sebuah kota di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Menurut Syaikh Naquib al-Attas yang dikutip Sri Mulyati, TQN merupakan tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah Syaikh dari kedua tarekat tersebut dan mengajarkan dalam satu versi dengan cara mengajarkan dua jenis zikir, yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahr) dalam tarekat Qadiriyah dan zikir dalam hati (khafi) dalam tarekat Naqsyabandiyah.

Sebagai sebuah tarekat gabungan antara Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, TQN memiliki tujuan utama, yaitu: (1) mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), (2) menuju jalan yang diridhai Allah (mardat Allah), (3) mengenal Allah (ma‟rifah Allah), dan (4) mencintai Allah (mahabah Allah ).

 

2

Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul

1.     Agus Riyadi mengutip Abd al-Wahhabal-Sya‘raniy menjelaskan bahwa tarekat yang pada awalnya hanyalah dimaksudkan sebagai metode, cara, dan jalan yang ditempuh seorang sufi menuju pencapaian spiritual tertinggi, pensucian diri atau jiwa, yaitu dalam bentuk intensifikasi dzikrullah, berkembang secara sosiologis menjadi sebuah institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan keanggotaan yang sangat kuat.

Kalau sudah berkembang menjadi institusi social, bukankah tujuan inti dari tarekat sudah berubah ? Misalnya ingin memudahkan orang lain mengikuti tarekatnya, ingin mengumpulkan massa, ingin kelompoknya terkenal, dll.

3

Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran

1.     Ciri khas yang lain dari para syaikh Naqsyabandi adalah kesadaran akan misi bahwa mereka ditakdirkan untuk memainkan peran dalam sejarah.

Tarekat bukan hanya Naqsyabandi saja, tapi banyak sekali. Jadi yang ada dalam sejarah, para syaikh Naqsyabandi saja, tapi masih banyak para syaikh yang melahirkan tarekat-tarekat yang lain.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

  PENERAPAN STRATEGI QSH   SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MAPEL AKIDAH AKHLAK KELAS IV MI TARBIYATUL   ISLAMIYAH WINONG...